Suara familiar yang masuk ke telinga pagi itu, membuat Huang Renjun membuka matanya. Mengerjapkan mata dalam posisi berbaring, sesaat ketika ia sadar jika tak ada yang salah dengan pendengarannya, lelaki itu pun bangun. Mendengarkan lagi suara 'toktoktok' bertempo cepat, alisnya berkerut dalam. "Lee Nakyung?"
Menyingkap selimut yang menutupi kaki, tanpa mengecek ponsel seperti yang biasa ia lakukan, Renjun turun dari kasur. Berjalan menuju pintu, Nakyung ia dapati sedang berdiri di dapur. Membelakanginya, sesuai dugaan Renjun; gadis itu sedang memotong beberapa sayuran.
Tak langsung menyapa perempuan yang terlihat begitu fokus pada kegiatannya, suhu dingin yang masih terasa menyentuh permukaan kulit membuat lelaki itu menoleh pada jam dinding di atas televisi; Pukul setengah lima pagi.
"Tumben sekali mau membuat sarapan begini," lelaki itu akhirnya menyuarakan apa yang mengganjal pikiran. Berusaha terlihat bersikap biasa, Renjun tak mau pagi damainya dihabiskan dengan mendengar omelan Nakyung, setelah sebelumnya bersusah payah untuk mendapatkan maafnya.
Jadi setelah nekat menuruti permintaan Nakyung kemarin, mereka yang entah bagaimana bisa hanyut dalam 'situasi romantis' itu terpaksa harus menanggung malu, karena tertangkap basah oleh tetangga yang tiba-tiba saja keluar dari unitnya dengan alasan ingin membuang sampah. Menggoda mereka dengan mengungkit-ungkit soal masa muda, memaksa kedua suami-istri semu itu masuk dengan wajah merona tanpa bisa mengatakan apapun setelahnya; semalaman unit apartemen suami-istri semu itu benar-benar dipenuhi suasana canggung.
"Ini untuk bekal makan siang," sahutan Nakyung, membuat Renjun jadi sedikit bingung. "Tapi bukan untukmu," mulut yang sempat terbuka itu dibungkam Nakyung, gadis itu menambahkan. "Ingat kemarin aku bercerita soal Hyunjin yang membayar semua biaya pulangku?" Penekanan pada kalimatnya seakan berusaha menyindir Renjun, tapi lelaki yang kesadarannya terlihat belum kembali itu nampaknya tak cukup peka, sampai menjawab pertanyaannya dengan sebuah anggukkan biasa. "Nah, hari ini aku berencana mengembalikan kartu bisnya dan membuatkan bekal sebagai ucapan terimakasih... Begitulah."
Dengan wajah setengah kantuk, alisnya Renjun angkat. Tujuan Nakyung belajar memasak memang untuk membuktikan pada Hwang Hyunjin kalau perempuan itu bisa dan...
"Berhenti melihat masakanku dengan tatapan meremehkan begitu! Aku sudah menghapal semua yang dipelajari diluar kepala, ya!"
Mengubah fokusnya pada Nakyung, nafas dihembuskan panjang. "Yang melihat masakanmu dengan tatapan meremehkan itu siapa?" Renjun bertanya dengan nada kesal yang berusaha ia tahan. "Aku hanya ingin bilang, kerja bagus. Aku senang kau akhirnya melakukan apa yang seharusnya kau lakukan." kalimatnya mengambang, matanya beralih pada Nakyung yang sudah membiarkan pisau diatas tatakan.
... "Sudah semestinya tangan cantikmu terbebas dari balutan plester--"
Satu bunyi dari mesin countdown, menjeda kalimat Renjun. Menoleh pada benda tersebut, dua angka menjadikannya genap berjumlah tiga puluh poin; pujian lelaki itu berhasil memicu pertambahan angka juga--
"Ka-kau ini bi-bicara apa?! Jelas saja aku akan melakukan ini! Tujuanku belajar memasak 'kan memang untuk membuktikan kalau aku juga bisa membuat bekal untuk Hyunjin dan kimbab hari ini, akan jadi permulaannya...."
--debaran jantung Nakyung, sepertinya.
"Iya, iya. Aku mengerti," Renjun menyahut, sebelum kemudian menghela nafas. "Padahal aku tidak usah pakai nada tinggi begitu juga..." Ia bergumam sangat pelan.
Menghindari pertengkaran yang bisa saja mengurangi angka 'lagi', lelaki itu lebih memilih untuk memperhatikan kimbab yang Nakyung buat; untuk ukuran seseorang yang baru berlatih memasak --itu pun dengan banyak variasi menu-- apa yang Nakyung buat sebenarnya bisa dibilang sangat rapi, dengan berbagai macam sayuran, warna-warna yang menarik muncul dari dalam. Lalu aroma asin rumput laut yang bagi indera penciuman Renjun sangat menggoda itu...
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got 'Married'✔
FanfictionIni adalah Lee Nakyung yang ingin sekamar dengan Hwang Hyunjin, dan Huang Renjun yang juga menginginkan Yeh Shuha sebagai pasangannya. Tapi... Ah, kalau sudah begini mereka jelas harus bersungguh-sungguh agar bisa bertukar pasangan dan berhenti berp...