Kereta yang Renjun dan Shuhua tumpangi akhirnya sampai juga di stasiun tengah kota tepat ketika jam dinding menunjukkan pukul setengah empat sore; itu masih satu setengah jam lagi sebelum waktu les Shuhua dimulai dan sebenarnya dengan durasi yang lumayan panjang itu, ia harusnya bisa mengajak gadis ini jalan-jalan sebentar di sekitar area tempat les yang memang dekat dengan stasiun ini.
Tapi lelaki ini adalah Huang Renjun, seorang 'cupu' yang pada kenyataannya sama sekali tak berani mengutarakan keinginannya dan hanya memilih meniti Shuhua yang sibuk dengan ponselnya; mengetik sebuah pesan, yang dari jaraknya berdiri sama sekali tak Renjun ketahui apa isi dan ditujukan untuk siapa.
"Ngomong-ngomong Renjun..."
Suara lembutnya mengejutkan, mata itu dengan cepat kembali ia fokuskan ke depan; Renjun tentu tak mau tertangkap basah oleh si gadis karena telah memperhatikannya diam-diam.
"Mau mampir makan di sekitar sini?"
"Eh?"
Shuhua mengangguk. "Gara-gara tas Lee Nakyung tertinggal, kita 'kan jadi heboh dan tak sempat makan siang jadi..." Ia mengangkat alisnya. "Maksudku, kau tak lapar?"
Pertanyaan Shuhua, entah mengapa membuat perut yang awalnya diam itu jadi terasa agak 'memberontak'. Bergerumul seolah memintanya untuk mengiyakan jawaban Shuhua, namun sebelum lelaki itu sempat mengeluarkan suara, tawa Shuhua membuatnya tersipu; suara perut Renjun tak bisa lagi disembunyikan.
"Ma-maaf..." Katanya sambil memegangi perut. "Kupikir meminum susu pisang saja akan cukup, tapi ternyata..." Lelaki itu menunjukkan deretan giginya. "Sepertinya aku memang cukup lapar."
Entah hanya perasaan Renjun saja, atau mata gadis itu memang menunjukkan kilatan senang sesaat setelah dia mengiyakan ajakannya?
"Kalau begitu mau makan dimana?" Ia bertanya. "Restoran enak di sini banyak sekali jadi--"
"Makan kudapan saja bagaimana?" Renjun memutus. "Aku tak selapar itu sampai harus makan makanan berat."
"Begitukah?"
Lelaki itu nyaris saja mengangguk, andai saja tak menyadari jika Shuhua mungkin perlu makanan berat untuk mengisi tenaga karena harus kembali beraktifitas setelah ini.
"Santai saja. Aku juga sepertinya tak selapar itu sampai harus mampir di restoran," sahutan Shuhua bahkan sebelum Renjun mengutarakan maksudnya, membuat mulut lelaki itu terbuka; membentuk huruf 'a' tanpa suara.
"Baiklah..." Lelaki itu menaikkan alis. Berusaha memperhatikan ekspresi si gadis yang sama sekali tak bisa ia baca soal mengatakan kebenaran atau kebohongankah Yeh Shuhua tentang rasa laparnya. "Jadi mau mampir kemana?"
Shuhua berpikir, langkah yang sudah berhenti sejak percakapan tentang makanan berlangsung itu tetap disana sementara matanya menjelajah deretan gedung dengan berbagai toko itu, sampai kemudian berhenti pada sebuah papan nama yang ada di ujung jalan.
"Kalau disuruh memilih satu, aku rasa cafe ini mungkin cocok," katanya sebelum sesaat kemudian meraih pergelangan tangan Renjun. Menarik 'temannya' itu menjauh dari lokasi mereka berdiri, senyum bodoh Renjun untuk kesekian kalinya lagi-lagi tak membuat Shuhua peka tentang bagaimana lelaki itu merasa sangat senang sekarang.
---
Itu sebuah cafe kecil yang lumayan sepi; dengan interior kasual yang meninggalkan kesan santai, jendela kaca besar yang langsung mengarah ke jalan bisa membuat Renjun melihat orang yang lalu-lalang di luar sana. Sementara Shuhua, yang sepertinya sudah mengenal si barista memutuskan untuk mengobrol sejenak sembari memesan, Renjun yang tahu keinginan si gadis untuk menyapa si wanita memilih untuk menitipkan pesanannya pada gadis itu sementara ia mencari tempat duduk. Diam menunggu Shuhua selesai dengan kegiatannya, mata itu memperhatikan trotoar yang cukup ramai sore itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got 'Married'✔
FanfictionIni adalah Lee Nakyung yang ingin sekamar dengan Hwang Hyunjin, dan Huang Renjun yang juga menginginkan Yeh Shuha sebagai pasangannya. Tapi... Ah, kalau sudah begini mereka jelas harus bersungguh-sungguh agar bisa bertukar pasangan dan berhenti berp...