- 23 -

719 123 34
                                    

Bagai seseorang yang baru saja selamat dari insiden tenggelam, Huang Renjun yang merasakan kesadarannya kembali itu langsung memasukkan oksigen sebanyak yang ia bisa ke dalam paru-paru. Bersamaan dengan mata yang dipaksa membuka dengan cepat, tubuh yang seharusnya diharuskan berbaring beberapa detik agar saat bangun tak menyebabkan kepala pusing itu langsung dibawanya bangkit.

Menimbulkan sakit yang membuat sekitarnya terasa melayang, refleks Renjun tekan pelipisnya sampai matanya terpejam. Mendesis, ia diam dengan posisi tersebut untuk beberapa saat sampai akhirnya mencoba membuka matanya kembali ketika dirasanya semua sudah baik-baik saja.

Sunyi.

Itu yang pertama kali jadi sorotan si lelaki saat menyadari tak ada satupun suara (selain detik jarum jam dinding) di sekitarnya. Namun sebelum memilih untuk menjelajahi ruang tengah yang jadi tempatnya 'tidur', Huang Renjun lebih dulu dibuat heran dengan selimut yang menutupi pinggang sampai kakinya. Mengingat lagi sesuatu yang harusnya dilakukan saat ia pertama kali membuka mata; bagaimana ia bisa tertidur di sini dengan seragam sekolahnya?

Memorinya dimulai saat ia sampai di apartemen. Nyaris mengabaikan istrinya perkara suasana hati yang --entah mengapa-- terasa sangat buruk setelah melihat Hyunjin dan Nakyung berciuman...

Ingatannya terhenti sejenak; apa yang terjadi setelah itu terlewatkan begitu saja, melompat pada waktu dimana adegan ciuman panas itu terjadi dan karenanya, wajah itu semakin memucat.

"Ti-tidak mungkin aku melakukan hal keji seperti itu..." ingatan yang padahal sudah jelas itu berusaha dikaburkan lagi oleh Renjun sebagai usaha penolakan tentang apa yang mungkin saja memang terjadi.

Namun percuma; tubuh manusia tak segampang itu untuk dimanipulasi dan bukannya menghilang, memori itu malah semakin jelas bahkan terus berjalan sampai akhir, yaitu di momen saat Renjun mimisan hingga pingsan.

Memegangi hidungnya, lelaki yang masih tak mau mengakui perbuatannya itu mencari dimana seharusnya tisu yang menyumbat hidung untuk memberhentikan mimisannya. Sesuatu yang lagi-lagi dilewatkannya saking mulusnya oksigen masuk ke dalam paru-paru.

"Tidak ada," nadanya terdengar antusias, sebelum kemudian menoleh kesana-kemari untuk mencari benda yang seharusnya jadi bukti ingatannya. "Tisu yang seharusnya menghentikan mimisanku tidak ada," Renjun gembira, nafas berhembus lega; ternyata semuanya adalah mimpi yang terjadi karena ia terlalu memikirkan apa yang dilihat sepulang sekolah tadi.

Kemudian dengan senyum, selimut yang menyingkap sebagian tubuhnya disingkirkan. Memikirkan bagaimana ia benar-benar melakukan hal semacam itu pada Nakyung membuat tenggorokannya kering, sehingga ia pun berjalan ke dapur dan mengambil gelas di pantry sebelum membuka kulkas; meminum sisa sari apel yang tempo hari ia beli sepertinya menyegarkan.

"Kemana sari apelku?"

Apa yang seharusnya ada, sekali lagi menghilang dan bingung lagi-lagi datang. Renjun yakin kemarin malam sebelum tidur, sari apel itu masih tersisa sekitar satu ukuran gelas ditangan, tapi sekarang kemana perginya?

"Apa Lee Nakyung meminumnya?"

Ia bermonolog lagi. Sesaat kemudian terdiam sendiri di depan kulkas, nafasnya terhela begitu memikirkan jika ia tak seharusnya mengingat hal itu disaat mereka berbagi apartemen; semua kecuali kamar masing-masing milik bersama, tak terkecuali minuman sari apel tersebut dan mempermasalahkannya, pasti akan membuat gadis itu mengomel soal betapa pelitnya Renjun.

Maka setelah menutup kulkas, kesadaran Renjun yang sudah pulih seutuhnya itu, harusnya bisa membawanya pergi langsung ke minimarket terdekat untuk membeli sari apel. Namun rasanya agak tak percaya diri saja pergi keluar dengan muka bantal, setidaknya ia harus terlihat sedikit segar dengan mencuci mukanya terlebih dulu.

We Got 'Married'✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang