- 01 -

1.9K 223 28
                                    

'Aku sudah sampai di apartemen dan sepertinya ada beberapa anak kelas kita yang satu apartemen denganku. Bagaimana denganmu?'

Satu pesan yang baru saja masuk lima menit lalu membuat Huang Renjun menghela nafas panjang. Keluar dari aplikasi pesan, chat Ryu Yangyang lelaki itu abaikan. Membiarkannya terbaca tanpa ada niat membalas, lantas ponselnya Renjun masukkan ke dalam saku celananya. Melanjutkan langkah yang sempat terhenti, suasana apartemen yang terlihat sepi dari luar membuat lelaki itu ragu jika akan ada teman yang satu apartemen dengannya. Menurut sepupunya yang dua tahun lalu juga terjebak dalam 'pernikahan semu' ini, pembagian hunian memang seringkali tak merata. Jika beruntung, apartemen hunian mungkin bisa dihuni sampai sepuluh pasangan, tapi jika sial mungkin sepasang suami-istri ini akan jadi satu-satunya pasangan dari pernikahan semu yang menghuni apartemen tersebut, memaksa diri bertetangga dengan penghuni asing lain tanpa tahu harus meminta bantuan pada siapa nantinya.

"Ah, kau siswa yang akan tinggal disini untuk pernikahan semu ya?"

Suara berat yang terdengar parau, menyadarkan Renjun dari lamunannya. Memandangi seorang pria paruh baya dengan seragam satpamnya,  ia terlihat agak sedikit terkejut karena ternyata bisa sampai pos satpam secepat ini.

Mengingat keharusan para siswa datang ke apartemen menggunakan seragam, Renjun memutuskan untuk tak bertanya soal tahu darimanannya Pak Satpam dengan statusnya. Hanya mengangguk sebagai respon dan setelah itu langsung saja merogoh saku celana bagian belakang, sebuah dompet hitam ia keluarkan. Membukanya, satu kartu yang diselipkan disana ia ambil, memberikan pada Satpam dengan sopan ia biarkan pria tua itu mengambil kartu pelajar dari tangannya.

"Hooo, kau seperti sudah berpengalaman saja," si satpam berkomentar sembari menggeser kursi putarnya sedikit lebih dalam menuju komputer di sisi kanan pos. "Aku bahkan belum memintanya, tapi kau sudah memberiku kartu pelajarmu."

Terkesiap sesaat, Renjun tersenyum dan tangannya naik untuk mengusap tengkuk. "Ah soal itu, Saya bertanya beberapa hal pada sepupu Saya soal ini. Kebetulan dia sempat mengikuti mata pelajaran ini juga."

"Benarkah?" si Satpam yang sudah fokus pada layar komputernya bertanya. "Siapa nama sepupumu?" ia melanjutkan. "Apartemen ini sudah jadi hunian sejak tahun pertama pernikahan semu ada. Jadi siapa tahu saja aku mengenal sepupumu itu."

Terdiam sesaat, mata Renjun melirik kartu pelajarnya yang terletak di samping komputer. Memikirkan bagaimana si satpam masih belum menyentuhnya, lelaki itu pikir proses registrasi ini sepertinya masih belum akan selesai dengan cepat.

"Dong Sicheng, dia angkatan kedua," Renjun akhirnya menjawab. "Kalau tidak salah, dia bilang  memang dulu tinggalnya--"

"Sicheng? Lelaki yang dipanggil Winwin oleh istrinya itu?"

Membelalakkan mata, Renjun tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Setahunya, panggilan Winwin yang sekarang sering disebut orang-orang untuk memanggil sepupunya itu memang diberikan oleh pasangan pernikahan semunya. Tapi sama sekali tak menyangka jika Pak Satpam ini mengetahuinya, yang berarti--

"Kalau iya, anak itu dahulu memang tinggal disini juga," perhatiannya ia alihkan pada Renjun. "Jadi kau sepupunya, ya," untuk pertama kalinya wajah Renjun diperhatikan lelaki itu intens. "Maafkan aku tapi kalian sama sekali tak mirip, jadi aku tak memikirkan kemungkinan itu."

Tertawa canggung, Renjun bisa melihat pria paruh baya itu akhirnya meraih kartu pelajarnya. Dong Sicheng adalah anak dari sepupu ibunya, wajar saja mereka tak mirip dan bahkan bisa dibilang tak sedekat itu juga untuk bisa mengobrolkan banyak hal.

Berhenti menatap padanya, Si Satpam mulai sibuk dengan keyboard komputernya. Menekan beberapa huruf disana, membuat percakapan sempat terhenti untuk beberapa saat.

We Got 'Married'✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang