- 12 -

872 148 18
                                    

Lelaki ini rasa ia baru saja mencoba memejamkan mata beberapa saat lalu, ketika suara ketukan pintu kamarnya terdengar semakin keras dan jelas. Memaksa untuk membuka mata yang terasa berat seiring dengan mulai melangkahnya jiwa menuju alam mimpi, ia yang mengerjapkan mata itu kini terlihat berusaha mengumpulkan kesadaran.

"Huang, kau sudah tidur?"

Suara dari luar bertanya samar; itu Nakyung tentu saja.

"Kau pikir siapa yang bisa tidur jika kamarnya digedor keras begitu?"

Renjun langsung bertanya saat pintu kamar ia buka. Memperlihatkan sosok Nakyung yang terlihat sedikit terkejut karena kemunculan tak terprediksi suaminya.

".... Mian."

Alis Renjun berkerut; tak biasanya gadis itu menerima tanpa protes perkataanya. Terdiam memperhatikan wajah Nakyung, mimik sendu yang jarang terlihat itu didapati memenuhi wajahnya. "Ada yang ingin kau bicarakan?"

Nakyung tak menjawab, kepalanya justru tertunduk.

Detik kelima yang berlalu tanpa sahutan lantas membuat Renjun menghela nafas panjang. Membuka daun pintunya lebih lebar, ia kemudian berkata. "Kalau ada yang ingin dibicarakan, masuk saja."

Tawaran Renjun mengangkat kepalanya yang tertunduk. Memandangi lelaki itu, mata Nakyung menyipit. Membentuk sebuah mimik penuh tanya, Huang Renjun tiba-tiba saja sadar satu hal; Tidak seharusnya ia mengajak seorang perempuan masuk ke kamarnya dengan gamblang begitu.

"Ma-maksudku, kita juga bisa membicarakannya di luar jika kau ingin--"

"Tak apa, aku ingin di dalam saja," putus Nakyung. Sekilas melirik pada CCTV dengan lampu merah yang berkedip, ia ikut menghela nafasnya. "Aku benar-benar tidak mengharapkan apapun dari seorang lelaki cupu sepertimu jadi...."

Membiarkan Nakyung melewatinya dan mengambil tempat di kasur, membuat Renjun yang membeku itu akhirnya menghembuskan nafas panjangnya lagi; gadis itu masih terdengar sangat menyebalkan.

Namun melihat bagaimana sorot mata yang tak menunjukan semangat seperti biasa membuat Renjun memilih mengabaikan kesalnya, membiarkan Lee Nakyung mengeluarkan semua sesak di dada jadi prioritasnya agar setidaknya ia bisa segera tidur dengan tenang malam ini.

"Apa yang ingin kau ceritakan--"

"... Ayo tidur bersama malam ini, Huang."

Renjun rasa, ia baru saja berhasil menyentuh empuknya kasur saat sebuah kalimat yang tak pernah ia duga meluncur bebas dari mulut Nakyung. Menegakkan badan yang ia coba untuk rileks, matanya mengerjap tanpa sedikit pun beralih pada si gadis.

Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, setidaknya ada hening mengisi disepuluh detik pertama sebelum akhirnya lelaki itu dengan ekspresi terkejut melompat dari kasurnya dan dengan wajah merona ia tunjuk Nakyung yang entah bagaimana masih bisa terlihat tenang setelah mengucapkan kalimat 'provokasi' itu.

"Ka-ka-ka-kau ini bicara apa?!" Nadanya meninggi, degup jantung yang semakin cepat membuat kepalanya tak bisa berpikir jernih. "Kau dan aku 'kan sudah punya kamar masing-masing! Ke-ke-kenapa ingin tidur disini?"

"Kau bilang aku bisa masuk jika ingin membicarakan sesuatu--"

"Hanya membicarakan sesuatu," putus Renjun. "Bu-bu-bukan berarti harus tidur bersama. Lagipula kita ini hanya suami-istri pura-pura! Mana bisa melakukan hal seperti itu...."

Ah sial. Semakin mencoba menelaah ucapan Nakyung, semakin Renjun tersipu sendiri dengan berbagai pikiran aneh yang menguasai otaknya.

"Hah? Melakukan apa maksudmu?"

We Got 'Married'✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang