- 16 -

753 128 26
                                    

Berterimakasihlah pada Jung Sungchan si anggota klub sepak bola yang digadang-gadang akan menggantikan Jihoon tahun ini, karena jika si ketua klub dan wakilnya itu tak mengunjungi rumah adik kelas yang berada disekitar area tersebut hari itu, mungkin Nakyung masih akan terus berada di stasiun tanpa tahu kapan sling bag-nya akan 'kembali'. Dengan sukarela membayar biaya transportasi Nakyung, mereka bertiga akhirnya berangkat menuju tengah kota.

Berhenti di stasiun awal tempat gadis itu dan 'dua teman' lainnya berangkat tadi pagi, Jihoon serta Hyunjin melarang Nakyung yang berniat pulang dengan jalan kaki itu pergi dan mengajaknya ke sebuah minimarket yang memang tak jauh dari stasiun. Menyuruh manajer klub mereka duduk terlebih dulu di salah satu kursi santai yang tersedia, sementara di dalam Jihoon berpamit ke ruang ganti dan Hyunjin menjelajahi kulkas minuman; kedua siswa itu adalah pekerja paruh waktu di sana.

"Hei, kenapa melamun?"

Sebuah sentuhan pelan pada bahunya sedikit membuat Nakyung terperanjat. Memperhatikan Hyunjin yang langsung mengambil tempat duduk di seberangnya, bisa gadis itu lihat si pujaan hati membawa sebuah kimbab segitiga beserta satu botol air mineral berukuran sedang, yang langsung ditaruhnya di depan Nakyung.

"Makan dan minumlah ini dulu," seperti tak memerlukan jawaban atas pertanyaan sebelummya, lelaki itu berbicara lagi. Menggeser apa yang ia bawa lebih dekat, senyum ditunjukkannya. "Kau bilang sudah berada disana sejak setengah jam sebelum kita bertemu dan pasti sekarang sangat lapar. Iya 'kan?"

"Hyunjin-ah..."

"Aigoo," lelaki itu mengacak rambut Nakyung gemas. "Kau bersikap seolah kita ini baru kenal saja," sebelum Nakyung meminta, ia berhenti. Meraih kimbab di meja, ia buka bungkusnya. "Aku melakukan ini khusus untukmu, jadi berhentilah merasa tak enak..." ia raih tangan gadis itu sebelum kemudian memintanya untuk memegang makanan di tangannya. "Makanlah. Setidaknya ini bisa mengganjal perutmu di jalan nanti."

Senyum Hyunjin, membuat Nakyung mencengkram erat makanannya. Sampai akhirnya lelaki itu melepasnya dan tanpa malu lagi, ia lahap kimbab itu; entah karena pemberian dari Hyunjin atau ia memang sangat lapar, tapi rasanya benar-benar lebih nikmat dari biasanya.

"Ngomong-ngomong, aku baru tahu kalau kau dan Jihoon bekerja paruh waktu begini."

Tak seperti Nakyung yang sedari tadi tak melepas pandang dari wajah tampannya, Hyunjin yang sedang memperhatikan orang lalu-lalang disekitar minimarket itu menegok pada si gadis. "Oh," tapi walau begitu, sepertinya ia mendengarkan. "Aku dan Jihoon memang baru-baru saja bekerja paruh waktu begini."

Nakyung manggut-manggut. "Alasannya?" tanyanya lagi, namun sejenak terlihat terkejut; ia harus segera mengoreksi pertanyaannya sebelum Hyunjin berpikir dia orang yang terlalu ingin tahu urusan orang lain. "Maksudku, kau dan Jihoon bukan tipe-tipe orang yang akan memikirkan hal begini... Seperti itulah."

Hyunjin terkekeh. "Hei, santai saja. Aku tahu tak ada alasan khusus bagimu menanyakannya," memang kalau sudah dekat nyaris tiga tahun itu rasanya berbeda, ya. "Kalau soal itu..." Hyunjin menjeda kalimatnya dan pandangannya semakin intens. Kali ini sambil memandang sekitar ia melambaikan kecil-kecil tangan yang sudah ditariknya. Meminta Nakyung untuk mendekat, setelah gadis yang penasaran itu termakan umpannya, lelaki itu berbisik. "Ini sebenarnya hanya rahasia Jihoon dan aku, tapi karena itu kau..."

"Hei, sedang membicarakan apa--"

Hyunjin nyaris terjengkang dari kursinya, sementara Nakyung yang mengunyah kimbab itu nyaris saya menyemprotkan semua isi mulutnya ke wajah Jihoon yang dengan seragam hijau khas pegawai minimarket dan tanpa suara sudah ada di samping mereka. Membungkuk dengan wajah mendekat, lelaki itu berusaha mengetahui apa yang sedang dibicarakan dua temannya.

We Got 'Married'✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang