"Sunbae, ponselmu bergetar lagi...."
Ucapan Im Yeojin, mengalihkan pandang Nakyung dari tumpukan kertas di meja. Melirik ponselnya, nama Renjun tertera jelas di sana. "Biarkan saja. Nanti juga berhenti sendiri."
Yeojin, melirik Lee Chaeryoung di samping. Bertanya dalam diam tentang abainya senior mereka dengan telepon yang sudah sekitar tiga kali berdering itu, deheman keras salah satu manajer juniornya kali ini berhasil menghentikan gerakan tangan Nakyung. Lantas mengangkat kepalanya, kedua gadis di depannya di pandangi.
"Bukannya bermaksud mencampuri urusanmu. Tapi kalau sampai tiga kali ditelepon, bukannya itu sesuatu yang penting ya?"
Menatap wajah Chaeryoung yang bertanya, senyum lantas Lee Nakyung tunjukkan. "Suamiku mungkin hanya sedikit panik dengan pesan yang aku kirim."
Saling pandang, Chaeryoung dan Yeojin terlihat bingung. "Kalau tidak salah kau bilang dia sedang sakit 'kan Sunbae?"
Nakyung mengangguk sebagai jawaban atas tanya si manajer klub baru.
"Mungkin dia menelepon karena perlu sesuatu?"
"Tidakkah kau seharusnya pulang untuk memastikan ia baik-baik saja?"
Pertanyaan bertubi, membuat sepasang mata itu menerawang sesaat. Sebelum kemudian langsung menggeser kertas yang tadi digeser Chaeryoung, pulpen di sampingnya Nakyung raih lagi. "Ia pasti akan baik-baik saja..." katanya sembari menghembuskan nafas yang terdengar berat. "Jadi, bagian mana yang masih belum kau pahami Yeojin-ah?"
--
"Apa kau baik-baik saja? Ku dengar dari Nakyung, kau demam..."
Suara itu terdengar melepas semua rasa sakit pada tubuh Renjun. Sosok dengan wajah khawatir itu membuatnya kaku, walau hanya sekedar untuk menjawab. Lantas hanya berdiri dengan tangan yang masih menggenggam knop pintu, Yeh Shuhua yang berdiri di depan mata sungguh seperti sebuah oasis ditengah padang pasir. Begitu menyegarkan, sulit untuk ditolak keberadaannya.
"Renjun?"
Renjun tersadar, bahkan lambaian di depan wajahnya terlihat sangat anggun. "Eo-eoh. Demamnya sudah agak turun dan aku baik-baik saja," ia membuka lebar pintunya. Menggeser diri, mempersilahkan Shuhua masuk. "Masuklah--"
Kekehan Shuhua, membungkam Renjun. Mengerjap bingung, ia pandangi gadis yang tak beranjak dari posisi.
"Nakyung bilang, dia sedang ada urusan dan memintaku untuk datang," katanya. "Jadi seharusnya hanya ada kita berdua kan?"
"Ah, Lee Nakyung memang sedang ada urusan diluar. Jadi hanya ada kita berdua..." kalimatnya mengambang, wajahnya tanpa bisa dikontrol memerah dengan sendirinya. "Ma-maksudku kita memang berdua. Ta-tapi--"
"Pakai saja bahasa mandarin seperti biasa," putus Shuhua, bahasa negara asal dipakainya. "Dan istirahat saja di kamarmu," lanjutnya. Masih dengan senyum, ia melewati Renjun. Meninggalkan jejak wangi parfum menyegarkan, yang sudah dengan jelas indera pernciuman lelaki itu hapal. "Akan ku buatkan bubur-- Oh, tak apa 'kan jika memakai dapurmu?"
Tubuh yang refleks mengikuti arah dimana Shuhua menghentikan langkah itu masih belum bisa beranjak dari posisinya; jika memang ini mimpi tolong jangan biarkan ia terbangun dengan cepat, Huang Renjun ingin menikmati momen ini lebih lama lagi.
---
"Biasanya event-event apa saja yang harus manajer urus, Sunbae?"
Pertanyaan Yeojin, dibiarkan mengambang begitu saja oleh Nakyung yang melamun. Dengan mulut yang menyeruput squash pesanannya, memperhatikan orang-orang yang lalu lalang sepertinya jadi kedok untuk menutupi kegelisahannya, sampai keheranan dua juniornya diabaikan. Tetap diam pada posisinya, bahkan saat menit kedua sejak pertanyaan itu sudah terlewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got 'Married'✔
FanfictionIni adalah Lee Nakyung yang ingin sekamar dengan Hwang Hyunjin, dan Huang Renjun yang juga menginginkan Yeh Shuha sebagai pasangannya. Tapi... Ah, kalau sudah begini mereka jelas harus bersungguh-sungguh agar bisa bertukar pasangan dan berhenti berp...