- 13 -

727 139 18
                                    

Detik jarum jam baru saja melewati angka dua, saat suara berdecit mengembalikan kesadaran Lee Nakyung. Membuat lelap gadis itu terganggu, sehingga mau tak mau menggerakkan tangannya menuju meja lampu; ia berniat mengecek waktu.

"Hm?"

Padahal matanya masih memejam, tapi alisnya terlihat berkerut dalam. Heran mengapa tak ada yang bisa ia gapai padahal sudah cukup lama tangannya meraba, heran kenapa barang-barang yang biasanya ia taruh di dekat sana tak terasa ada.

"Mana ponselku--"

Kalimatnya terhenti, begitu rasa gemas soal kemana perginya ponsel miliknya berhasil membuat matanya terbuka. Tanpa lebih dulu meniti sekitar, ia yang menolehkan kepala pada meja lampu itu mendapati Huang Renjun yang sedang berdiri membelakanginya.

Menggunakan kemeja hitam dengan levis yang senada, lelaki yang berdiri menghadap kaca di lemari itu terlihat sedang mengusap rambutnya yang setengah basah dengan handuk biru muda kecil di leher. Alis Nakyung menukik heran, penampilan Renjun saat itu langsung mengembalikan kesadarannya sampai membuat si gadis bangun dari posisinya; ia duduk di sisi ranjang dengan kaki menjuntai, matanya terus memperhatikan sang suami, pikirannya sibuk menerka apa yang ingin dilakukan Huang Renjun dengan penampilan serapi itu.

"Sudah bangun?"

Satu pertanyaan masuk ke indera pendengaran, bola mata Nakyung refleks bergulir pada wajah Renjun di kaca, kini mereka saling tatap lewat benda persegi panjang yang jadi ornamen lemari itu.

"Mau kemana?"

Sebenarnya sama seperti yang selalu Nakyung lakukan jika pertanyaannya dibalas oleh pertanyaan lain, Renjun juga ingin protes soal hal itu, tapi mengingat pertanyaannya adalah sesuatu yang bisa ia lihat dengan matanya sendiri jadi dia hanya diam dan justru membalik badannya; kini menatap istrinya secara langsung, alisnya dinaikkan cukup tinggi.

"Hari ini adikku ada kegiatan organisasi dan tak ada yang membantu halmeoni, jadi aku--"

"Kau akan pulang?"

Renjun mengangguk. "Aku tak bisa biarkan halmeoni mengurus restoran sendirian. Lagipula hari ini kau juga akan pergi 'kan?"

"Aku tidak bilang akan mengiyakan ajakan Jeno ya!" protes Nakyung. "Jadi aku belum tentu akan pergi dan--" sekali lagi iya perhatikan apa yang Renjun pakai dari atas sampai bawah. "Bukannya kau berpenampilan terlalu rapi ya untuk ukuran seseorang yang akan pulang?"

Lee Nakyung bisa melihat Renjun terkesiap sesaat, sebelum kemudian deheman rendah menginstruksi si lelaki untuk melangkah mendekati istrinya. Mengambil tempat disisi, ia tarik bajunya sendiri seolah sedang memamerkannya kepada Nakyung. "Jadi benar-benar terlihat mencolok ya?"

"Hah?"

Untuk beberapa saat diam mengisi, keduanya saling tatap dan keraguan jelas tercipta di mata Renjun untuk sekian detik. "Jadi sebenarnya..." Renjun menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Nakyung. "Hari ini aku akan pulang bersama Shuhua...."

Tak sampai sedetik berlalu, sebuah tawa keras terdengar sebagai respon. Itu Nakyung tentu saja, ia terbahak; perkataan Renjun membuatnya tak habis pikir. Maksudnya--

"Salah makan apa, sampai suami cupuku ini berani mengajak gadis lain untuk pulang bersamanya?"

Pertanyaan di sela tawa itu harusnya bisa membuat orang biasa kesal dan protes, tapi untuk Renjun; entahlah, ia tak bisa merasa kesal karena nyatanya memang bukan dia yang mengajak si gadis kesukaan menemaninya pulang.

"TENTU SAJA!" Nakyung berseru ketika mendengar sahutan Renjun. "Tentu saja, mana mungkin orang cupu sepertimu berani mengajak seorang gadis seperti itu kalau bukan adikmu yang duluan bertindak!"

We Got 'Married'✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang