Perlahan keysa membuka matanya, cahaya di ruangan itu redup, hanya ada satu lampu tidur yang menyala, melirik ke arah nakas ternyata waktu sudah menunjukan pukul empat pagi. Terdengar suara derasnya hujan yang mengguyur bumi pagi itu, membuat keysa enggan keluar dari selimbut yang semalaman membungkus hangat tubuhnya. Meskipun tak mau beranjak, tapi keysa harus segera pergi ke kamarnya sebelum orang tua mereka tahu bahwa mereka berdua tidur bersama. Perlahan keysa mengingkiran dua tangan kekar yang melilit di perutnya. “mau kemana?” suara kevin dari balik punggung keysa yang terdengar serak. “mau pindah ke kamar aku.” Balas keysa yang lagi-lagi berusaha melepaskan tangan kevin yang semakin melilit di perutnya, tak membiarkan keysa pergi. “udah di sini aja.” Kevin mendusel leher keysa, mencari kemanyaman disana.
“nanti kalo mama atau papa tau aku tidur di sini bisa kena marah.”
“ga akan.”
“ish udah ah aku mau pindah kamar.” Keysa bergerak tak karuan dalam pelukan kevin.
“dingin.” Kevin merancau, semakin mengeratkan pelukannya.“siapa suruh ga pake baju.” Meskipun keysa tak melihatnya secara langsung karena posisinya memunggungi kevin, tapi keysa bisa merasakan perut kotak-kotak kevin bersentuhan langsung dengan kulit lengannya. Padahal semalam laki-laki itu mengenakan kaos hitam kebanggaannya.
“kamu madep sini.” Kevin membalik posisi keysa, mereka berbaring saling berhadapan. Kevin membali memeluk keysa sambil mengusap-usap punggung sempit gadis itu.
“peluk.” Ucap kevin dengan nada merajuk karena keysa tak membalas pelukannya.
“usapin.” Ucap kevin lagi setelah keysa memeluknya.
Jemari lentik nan hangat keysa perlahan bergerak naik turun di punggung kakaknya, memberikan afeksi hangat sekaligus nyaman.“udah ya, aku mau ke kamar.” Keysa menghentikan usapannya, membuat kevin merajuk lagi. “jangan ihhh disini aja.” Ucap kevin yang lagi-lagi dengan nada manja, seperti anak yang tidak ingin di tinggal ibunya.
“kalo di sini terus nanti aku kebablasan tidur lagi.” Sebenarnya keysa sudah menahan agar kedua matanya tidak tertutup lagi. Cuaca yang dingin seolah mendukung mereka untuk berada di posisi yang sama dalam waktu lama.
“temenin bentar lagi.” Kevin menjauhkan wajahnya dari bahu keysa untuk menatap gadis itu dengan puppy eyes andalannya, itu kelemahan keysa.
“lima menit.” Putus keysa, kevin mencebikan bibir. Lima menit terlalu singkat untuknya.
“lima belas menit.” Tawar kevin, meski lima belas menit juga terasa singkat tapi itu lebih baik dari pada hanya lima menit.
Keysa menggelengkan kepala “ga, sepuluh menit.” Kevin pasrah mendengarnya.Satu tangan kevin beralih mengusap kepala keysa, membuat kedua mata gadis itu kian memberat, tapi sebisa mungkin harus dia tahan. Waktu sepuluh menit yang keysa janjikan akhirnya berlalu juga. Ia melepaskan pelukannya di tubuh kevin, juga beranjak dari posisinya. Kevin melakukan hal yang sama.
Keysa berjalan ke arah pintu, ia menghentikan langkahnya menatap yang kevin juga berjalan di sampingnya. “mau kemana?” keysa menatap kakanya dengan wajah heran, kevin masih belum membuka mata sepenuhnya.“ikut.” Di peluknya keysa dari belakang.
“kok ikut?”
“pokonya ikuttttt.”
“yaudah ini lepas dulu, susah mau buka pintunya.” Keysa berusaha memutar kunci tapi karena pergerakannya terbatas sebab kevin yang memeluknya dari samping membuat gadis itu sedikit kesusahan. Kevin lepaskan pelukannya dengan bibir yang mengerucut, lucu juga melihat kevin yang seperti bayi besar. tapi itu hanya berlaku jika bersama keysa, ingat hanya bersama keysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Sister Is Mine
Teen FictionDari kecil hingga ia menginjak remaja, Keysa tidak pernah diizinkan untuk pergi keluar dari rumah. Ia benar-benar seperti burung yang di kurung dalam sangkar emas. Meskipun begitu, ia tidak pernah berontak pada papa nya, keysa takut. Satu hari,kebeb...