"Jangan segan buat nyari gua disaat lo dibuat sakit sama Gavian. Gua bakal selalu ada buat lo, Tisha."
~Narendra Arya Putra~~Happy Reading~
***
"Hei!"
Seorang remaja nampak terkejut kala pundaknya di tepuk oleh seseorang. Dirinya yang semula sedang melamunkan sesuatu, langsung tersadar kembali dan refleks menatap orang yang menepuk pundaknya.
"Astaga, Tisha!" Remaja itu mengelus pelan dadanya.
Seorang gadis nampak tersenyum simpul setelah berhasil membuat sahabatnya terkejut.
"Kamu kenapa sendirian aja di sini?" Sang gadis yang tak lain adalah Latisha, menduduki dirinya tepat disebelah sahabatnya–Gavian.
"Memangnya gak boleh sendirian?" Gavian menautkan alisnya.
"Bukannya gak boleh, tapi kamu 'kan punya banyak temen, gak kayak aku yang selalu sendiri. Jadi ... aneh aja gitu liat kamu duduk sendirian sambil melamun di sini," ungkap Latisha.
Setelahnya suasana menjadi hening selamat beberapa detik. Hingga Gavian menghela nafas kasar, lalu menyandarkan kepalanya di punggung bangku yang tengah ia duduki sekarang.
"Gua cuman lagi butuh waktu sendiri, buat nyari solusi untuk masalah gua."
Deg!
Latisha tersentak sejenak dengan kata-kata dari Gavian. Apa laki-laki itu lagi-lagi tak menganggapnya sebagai seorang sahabat? Kenapa tak diceritakan saja masalah yang Gavian maksudkan ke dirinya? Siapa tau dirinya bisa bantu mencari solusi bukan?
"Memangnya masalah apa yang kamu maksud?" tanya Latisha dengan hati-hati.
Gavian diam setelahnya selama beberapa menit, membuat Latisha tampak bersedih karena laki-laki itu sepertinya benar-benar tak membutuhkan dirinya untuk menyelesaikan masalah yang ia maksudkan.
"Cinta." Gavian kembali bersuara setelah lima menit lamanya menggantungkan pertanyaan Latisha.
Latisha yang semula terlihat sudah putus asa akan pertanyaannya dan berniat hendak pergi membiarkan Gavian menyelesaikan masalahnya sendiri, kini kembali menatap remaja itu dengan lekat.
"Cinta?" beo Latisha mengernyitkan alisnya.
"Ya, gua masih cinta sama Bella, Sha."
Deg!
Satu kalimat dari Gavian membuat Latisha mematung diam. Hatinya seperti tertusuk oleh ribuan jarum. Terasa ngilu dan perih. Siapa yang tidak sakit saat sebuah cinta bertepuk sebelah tangan?
"Gua masih sayang sama dia, tapi gua gak tau cara ngomongnya kayak gimana," cetus Gavian. Latisha masih diam seraya mendengarkan.
"Gua udah pernah nyakitin perasaan dia dengan pergi ninggalin dia tanpa kabar. Gua juga bukan cowok yang bisa buat permintaan maaf dengan romantis. Gua jadi merasa serba salah sekarang," keluhnya.
Latisha masih tetap diam. Entah tengah memikirkan masalah Gavian, atau tengah memikirkan perasaannya sendiri. Tapi nampaknya, ia sedang memikirkan perasaan hatinya sendiri.
Kepalanya kembali berputar mundur, mengingat kata-kata Evano beberapa bulan yang lalu. "Gak ada yang namanya persahabatan diantar cowok sama cewek. Pasti ada yang nyimpen perasaan lebih. Mendingan lo cari temen cewek aja, dah. Daripada nanti ada yang sakit hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
This Really Hurts [END]
Teen Fiction[Teenfic, Friendship, Angst, Romance] ~Second Story~ 🎖 # 1 Penderitaan - 24 Mei 2023 🎖 # 1 Angst - 28 Januari 2022 🎖 # 1 Kesedihan - 7 Januari 2022 🎖 # 1 Rapuh - 14 Agustus 2021 🎖 # 1 Hancur - 25 Agustus 2021 🎖 # 1 Broken - 30 Agustus 2024 🎖...