E p i l o g

5K 168 20
                                    

Hari ini, tepat satu bulan lamanya Latisha pergi meninggalkan dunia.

Gavian nampak mendudukkan dirinya di atas kasur. Ia baru saja pulang usai mengunjungi makam Latisha bersama Narendra.

Hubungan kedua remaja itu sudah sangat dekat sekarang. Mereka sudah menjadi dua orang teman. Tak ada lagi kata rival di antara keduanya.

Gavian menghela nafas panjang, merebahkan dirinya ke atas kasur. Ia memejamkan matanya sejenak, namun tiba-tiba kembali membukanya kala sesuatu lewat dalam kepalanya.

Ia baru saja teringat jika tadi siang Mama Latisha memberikannya sebuah buku diary milik Latisha. Kenapa diberikan ke Gavian? Karena Mama Latisha bilang, semua isi buku itu rata-rata tentang Gavian. Gavian yang sangat penting dalam hidup Latisha, sampai-sampai gadis itu menuliskan setiap momen indahnya bersama lelaki itu.

Gavian kembali bangkit, melangkah menuju meja belajarnya dan duduk di atas kursi. Matanya menatap sebuah buku dengan sampul hitam bertuliskan nama Latisha di atas meja belajarnya.

Tangannya terulur, meraih buku berukuran sedang tersebut, lalu membukanya. Ia sedikit terkejut kala menemukan foto pertamanya bersama Latisha semenjak mereka berteman, berada di halaman paling depan buku itu. Senyum hangat seketika terpatri di wajahnya. Ia kembali mengingat momen saat pertama dirinya bertemu dengan Latisha.

Tangannya kembali membuka lembar buku, menggantikan halaman berisi foto-foto yang sudah dia lihat. Matanya menjalankan tugas kala menemukan tulisan-tulisan yang terukir indah di atas kertas.

Hari ini, 15 Oktober 20xx, aku ketemu dengan seseorang.

Namanya Gavian. Dia seorang cowok yang terlihat dingin di luar, tapi hangat kalau udah ngomong. Entah kenapa, aku jadi ngerasa sedikit tenang saat bersama dia. Sakit di hatiku karena dimarahi papa, seketika hilang saat aku ngeliat kedua matanya yang menyejukkan.

Dan yang paling aku seneng hari ini adalah saat dia ngomong, "Lo mau jadi temen gua?". Itu ucapan yang baru pertama kali aku denger dari seseorang.

Dia ngajak aku temenan? Ngajak aku yang orang-orang kata 'Sombong' ini buat temenan? Ini beneran 'kan, Tuhan?

Aku gak bisa berkata-kata lagi sangking senengnya. Dia seolah cahaya yang tiba-tiba muncul saat aku lagi ada dalam kegelapan. Dia seolah jalan yang menuntun aku dari kesesatan. Dia semuanya.

Makasih Tuhan karena udah ngirim dia buat aku. Makasih.

Tanpa sadar, air mata Gavian menetes. Ia menangis kala membaca kata demi kata yang ditulis oleh sahabatnya.

Tak pernah dirinya sangka, kalau ia sangat berharga di dalam hidup Latisha. Tak pernah dirinya sangka, kalau dia selalu dapat tempat spesial di hidup gadis itu. Tak pernah sama sekali dia menyangka hal-hal tersebut.

Ia menghapus air matanya kasar, lalu kembali membuka lembaran lain dalam buku diary tersebut.

25 Maret 20xx.

Kata orang, cinta itu di mana saat kamu dekat dengan seseorang, maka jantungmu akan berdetak dengan kencang karena perlakuan manisnya. Dan hari ini, aku ngerasain hal itu. Tapi, aku gak yakin kalau ini cinta.

Apa aku pantas ngerasain cinta? Cinta ke sahabatku sendiri? Tunggu, tapi ... aku gak mau persahabatanku hancur hanya karena cinta ini! Aku gak mau!

This Really Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang