"Arti pertemanan itu bukan cuman tentang seberapa deket kalian, tapi arti pertemanan itu adalah, seberapa banyak momen yang udah kalian lalui bersama."
~Latisha~~Happy Reading~
***
"Ya ... Bella."
Deg!
Seketika Latisha merasakan dadanya tiba-tiba sesak dan sakit, hingga membuatnya sedikit kesulitan untuk bernafas.
"Gua mau ngasih dia kalung sebagai permintaan maaf, karena gua udah pernah ninggalin dia dulu. Dan," Gavian menggantungkan ucapannya sejenak, "gua mau memulai semuanya dari awal lagi sama dia," sambungnya.
"J-jadi, ini buat Bella?" Latisha menatap kalung berlian di lehernya dengan sendu.
"Iya." Gavian mengangguk. "Kalo lo juga mau, tinggal pilih yang lain aja. Gua yang bakal bayarin semuanya. Itung-itung sebagai ucapan terimakasih karena lo udah mau bantu gua milihin kalung buat Bella."
"Ng-nggak perlu. Aku gak tertarik," gagap Latisha menggeleng. Ia kemudian melepaskan kalung yang melingkar di lehernya dengan perasaan campur aduk.
"Nih. Semoga hubungan kalian bisa lebih lancar kedepannya." Latisha tersenyum manis, mengembalikan kalung itu ke tangan Gavian.
"Makasih, Sha. Lo adalah sahabat terbaik yang pernah gua temui." Gavian menerima kembali kalung tersebut dan membalas senyum Latisha.
Cuman sahabat? Apa gak bisa lebih? batin Latisha tersiksa.
"By the way, gua mau bayar ini dulu, ya. Lo tunggu aja disini sebentar!" seru Gavian setelahnya.
"Vian, tunggu!" cegat Latisha menghentikan Gavian yang hendak melangkah.
"Kenapa?" Gavian bertanya heran ke Latisha.
"Aku ... pulang duluan aja, ya. Aku lupa kalo ada urusan yang belum di selesain di rumah," jelas Latisha.
"Loh! Kenapa tiba-tiba? Bareng gua aja! Gua juga mau balik 'kok sesudah bayar ini," saran Gavian.
Latisha menggeleng. "Aku pulang duluan aja. Dah! Sampai ketemu lagi!" Dengan amat cepat, gadis itu berlari meninggalkan toko perhiasan tersebut.
.
Bunyi derap langkah kaki terdengar samar di sebuah Mall. Latisha, berlari dengan kencang menembus arus keramaian pengunjung Mall.
Ia berlari, memasuki sebuah toilet umum yang berada di dalam Mall tersebut.
Tak!
"Hah ... Hah ... Hah ...." Nafasnya terengah-engah mencoba menghirup udara sebanyak mungkin.
Ia menatap cermin toilet yang kini tepat berada di depannya. Apa mencintai harus sesakit ini? Ia menatap dirinya sendiri yang tampak sangat menyedihkan.
Hatinya sakit. Sangat sakit! Bahkan mungkin, ini lebih sakit daripada rasa sakit yang sering ia dapatkan dari kedua orang tuanya.
Air matanya seketika mengalir dengan deras, tak kuat dia bendung lagi. Rasa sakit, perih, sedih, rapuh, semua dicampur menjadi satu. Latisha menangis terisak, penuh dengan segala kepedihan. Ia hancur berkeping-keping.
Kenapa rasa ini begitu menyiksa? Kenapa?! Latisha memukul keras dadanya yang kini terasa sesak. Tolong hentikan rasa sakit ini! Tolong berenti! Tolong, Tuhan! Hentikan semua rasa ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
This Really Hurts [END]
Teen Fiction[Teenfic, Friendship, Angst, Romance] ~Second Story~ 🎖 # 1 Penderitaan - 24 Mei 2023 🎖 # 1 Angst - 28 Januari 2022 🎖 # 1 Kesedihan - 7 Januari 2022 🎖 # 1 Rapuh - 14 Agustus 2021 🎖 # 1 Hancur - 25 Agustus 2021 🎖 # 1 Broken - 30 Agustus 2024 🎖...