E m p a t

1.9K 149 7
                                    

"Haruskah aku memberikan sesuatu yang berharga bagiku buat adikku?"
~Latisha~

~Happy Reading~

***

Latisha berjalan menelusuri koridor sekolahnya. Jam menunjukkan pukul 06.45, berarti ada sekitar lima belas menitan lagi jam pelajaran pertama akan dimulai. Latisha memutuskan untuk sejenak pergi ke kamar mandi supaya pada saat jam pelajaran berlangsung, ia tidak akan merasakan mules atau hal apapun lagi yang dapat menganggu proses belajarnya.

Dia berjalan santai sembari menikmati semilir angin di pagi hari yang menyejukkan. Dirinya sudah datang sekitar tiga puluh menitan yang lalu ke sekolah, bersama Gavian tentunya.

Cklek!

Pintu kamar mandi terbuka, dan Latisha langsung masuk ke dalamnya. Gadis itu melangkah, memasuki salah satu bilik toilet. Tak lama, ia kembali keluar kemudian melangkah menuju wastafel.

Latisha menatap dengan intens pantulan dirinya di depan cermin.

Pucat.

Itulah satu kata yang menggambarkan keadaan wajahnya saat ini.

Wajar aja tadi Gavian ngira aku sakit. Ia membatin, kembali mengingat beberapa menit yang lalu ketika Gavian menjemputnya di depan rumahnya.

Laki-laki itu mengira kalau Latisha sakit, bahkan ia menyuruh Latisha untuk tidak hadir ke sekolah saja hari ini. Namun dengan berbagai cara, Latisha menjelaskan jika kondisinya baik-baik saja dan sangat sanggup untuk pergi sekolah. Hingga pada akhirnya, Gavian pun mengalah untuk gadis keras kepala itu.

Tak banyak kata, Latihsa mengeluarkan lip ice dari saku baju seragamnya. Dengan lihai, gadis itu memoleskan benda tersebut ke bibir tipisnya. Dan dalam sekejap, bibir pucat Latisha kini terlihat jauh lebih baik.

Selesainya, Latisha pun berbalik. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Namun, baru saja tangannya mengangkat hendak membuka pintu, seseorang dari luar lebih dulu membuka pintu itu.

"Ah! Ternyata lo di sini ya, cewek munafik." Krystal, berdiri di depan pintu toilet bersama Karin dan Elin di sebelahnya. Mereka bertiga menatap intens Latisha dari atas sampai ke bawah.

"Minggir! Aku mau balik ke kelas!" seru Latisha dengan tegas. Tangannya terulur, berniat menyingkirkan seorang Krystal yang menghadang jalannya.

Dengan cepat, Krystal menangkap tangan Latisha. "Lo gak bisa pergi lagi dari kami kali ini," bisiknya penuh dendam.

Bruk!

Tubuh Latisha seketika berhasil di dorong kuat oleh Krystal dan kedua temannya hingga membentur dinding kamar mandi.

Krystal dengan amat cepat menarik rambut Latisha, membuat wajah gadis itu menoleh paksa ke dirinya. Elin dan Karin, mereka memegang erat kedua tangan serta kaki Latisha supaya dia tidak bisa bergerak.

"Dengar Latisha, lo itu gak usah sok cantik! Gak usah belagu kayak cewek polos dan pendiem! Kalo berani tunjukkin sifat asli lo! Jangan cuman ditutupin pake acara sok polos segala!" Krystal menekan-nekan jidat lebar Latisha.

"Aku gak pernah bersikap sok polos," ucap Latisha dengan ekspresi datar nan dingin. Tak ada raut kesakitan sama sekali dari wajahnya, membuat Krystal menggeram kesal.

"Alah! Gak usah bohong! Lo itu cuman sok polos 'kan biar bisa deket sama Gavian?!" desis Krystal semakin memperkuat tarikan tangannya pada rambut Latisha.

This Really Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang