S e b e l a s

1.4K 135 7
                                    

"Apa saya bisa donorin mata saya buat adik saya?"
~Latisha~

~Happy Reading~

***

"Non, udah pulang sekolah?" Suara pembantu rumah tangga keluarga Xavier, sontak membuat Latisha mengalihkan atensinya.

Gadis itu mengangguk pelan dan tersenyum simpul ke Bi Lina-si pembantu rumah tangga, yang kini sedang menyirami bunga di halaman rumahnya.

"Aku masuk ya, Bi," ucap Latisha setelahnya. Ia kemudian melangkah menuju teras dan memasuki rumah besarnya.

.

"Udah pulang?" Lagi-lagi langkah Latisha terhenti karena mendengar suara seseorang.

Dia dengan cepat mengalihkan pandangnya, hingga netranya mendapati sang papa dan mama yang tengah duduk di ruang tamu.

"Gimana sekolahmu?"

Deg!

Latisha seketika terdiam di tempat karena ucapan papanya. Bagaimana tidak. Sang papa yang tak pernah tertarik akan kehidupannya di sekolah kini malah menanyakan hal tersebut? Entah ingin merasa aneh atau senang, Latisha tak bisa mengekspresikan wajahnya.


"Cukup baik," jawabnya singkat kemudian kembali melangkah.

"Tunggu dulu!" Kali ini giliran mamanya yang berbicara. "Duduk di sini, Mama sama Papa mau ngobrol sama kamu sebentar," lanjutnya.

Latisha menautkan alisnya bingung. Apa yang ingin kedua orangtuanya bicarakan?

Tak ambil pusing, Latisha langsung melangkah menuju sofa dan menduduki dirinya tak jauh dari sang mama.

Sang papa menghela nafas panjang, menaruh koran yang tadi dirinya baca ke atas meja. "Kamu gak lupa 'kan, kalau ulang tahun Alisha cuman berjarak dua bulan lagi?" tambah papanya-Ravier.

Udah aku duga kalau kalian bakal ngomongin hal ini. Latisha membatin. Dugaan benar akan maksud dari kedua orangtuanya yang tiba-tiba bersikap baik, ternyata untuk mendiskusikan kembali masalah tentang pendonoran matanya ke Alisha.

"Tentu aja aku ingat kalo dua bulan lagi Alisha ulang tahun. Dan buat masalah pendonoran mata itu, kalian tenang aja. Udah aku pikirin matang-matang," ungkap Latisha.

"Bagus!" seru sang papa.

"Kalau gak ada hal lain lagi yang mau diomongin, aku permisi," tutur Latisha, lalu berdiri dan buru-buru menuju kamarnya.

***

Bunyi tas yang dijatuhkan di lantai terdengar memenuhi kamar Latisha.

Bruk!

Latisha melempar dirinya ke kasur. Ia benar-benar merasa lelah hari ini. Tenaga dan pikirannya terkuras habis.

Bagaimana tidak? Dimulai dari pernyataan Gavian yang masih menyukai Bella, pengakuan Rendra yang menyukai dirinya, serta tagihan dari kedua orangtuanya mengenai keputusan tentang pendonoran mata ke sang adik, membuatnya merasa bahwa hari ini adalah hari terberat yang pernah ia lalui.

This Really Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang