"Gua sekarang ngerti kenapa lo suka banget sama tempat ini. Tempat yang bisa nenangin diri lo di saat lo merasa gundah."
~Gavian Aditama Bagaskara~~Happy Reading~
***
Pintu ruang operasi kembali terbuka setelah beberapa jam tertutup dengan rapat. Seorang dokter dengan pakaian hijau khusus operasi, ikut keluar bersamaan setelah pintu terbuka.
Kelima orang yang tak lain adalah Narendra, Gavian, Alisha, dan kedua orang tua Latisha, langsung menghampiri sang Dokter dan menanyakan hal yang sama.
"Bagaimana, Dok?!" Ravier bertanya, mewakili semuanya.
Dokter itu tampak diam sejenak, lalu tak lama mulai membuka suaranya. "Kami punya berita baik dan juga buruk." Sang Dokter menjawab.
"Apa itu?!" sergah Ravier sangat tidak sabaran.
"Untuk berita baiknya, anak Bapak dan Ibu telah berhasil melakukan operasi tranplantasi sumsum tulang belakang yang sangat-sangat kebetulan bisa langsung kami dapatkan dari seorang pria sebatang kara yang menderita kelumpuhan, dan beliau juga sudah lama berada di rumah sakit ini. Beliau secara sukarelawan memberikan donor kepada anak Bapak dan Ibu. Ini semua pasti karena berkat dari Tuhan yang masih memberikan kesempatan." Dokter mulai menjelaskan.
Duk!
Seketika tubuh Alexa melemas. Ia tak menyangka bahwa putrinya masih bisa diselamatkan, yang artinya masih ada kesempatan untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang telah dia lakukan kepada putri pertamanya itu bukan?
Entahlah.
"Lalu apa berita buruknya, Dokter?" Narendra menimpali, melanjutkan apa yang semestinya dilanjutkan oleh sang Dokter.
Semua mata seketika kembali memandang ke arah Dokter.
"Berita buruknya, anak Bapak dan Ibu mengalami koma dan kami belum tahu kapan pasien akan tersadar," balas Sang Dokter membuat senyum yang sempat tercetak di bibir semua orang kini dibuat luntur secara drastis.
Semuanya menunduk dalam, bahkan Alexa telah menjatuhkan air matanya sekali lagi. Ia terisak lirih. Rasanya senangnya ternyata hanya lewat beberapa saat.
Alisha yang berada di sebelah sang mama, sontak memeluk tubuh rapuh mamanya dan mengutarakan kata-kata penenang. "Tenang Mama, Alisha kenal kakak. Kakak bukan orang lemah, dia kuat. Alisha yakin kalau kakak bisa bertahan. Kakak bakalan bangun kok, Ma. Percaya sama Alisha!"
Semuanya menatap Alisha yang sudah tersenyum dengan manis. Benar seperti apa yang gadis itu katakan, mereka hanya perlu yakin jika Latisha masih bisa kembali membuka kedua mata teduhnya. Mereka hanya perlu percaya bahwa Latisha bisa kembali bersama mereka. Hanya percaya dan percaya.
***
Blam!
Pintu kembali ditutup rapat oleh Ravier yang baru saja memasuki ruang ICU. Ya, beberapa jam yang lalu gadis itu telah dipindahkan dari ruang operasi ke ruang ICU untuk perawatan intensif.
"Aku udah ketemu sama pria baik yang rela nolongin Latisha. Dia bilang kalau hal ini sama sekali gak membuatnya menyesal. Bahkan, dia mendoakan anak kita supaya cepat siuman." Ravier menghampiri sang Istri yang terduduk di sebelah brangkar Latisha seraya menggenggam tangan gadis yang tampak menutup kedua matanya dengan damai tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Really Hurts [END]
Teen Fiction[Teenfic, Friendship, Angst, Romance] ~Second Story~ 🎖 # 1 Penderitaan - 24 Mei 2023 🎖 # 1 Angst - 28 Januari 2022 🎖 # 1 Kesedihan - 7 Januari 2022 🎖 # 1 Rapuh - 14 Agustus 2021 🎖 # 1 Hancur - 25 Agustus 2021 🎖 # 1 Broken - 30 Agustus 2024 🎖...