Aku tau ini lama bangetttt
Sebulan, dua bulan, tiga, empat?
Maaf menunggu lama ya...
Selamat membaca 😉
.
.
"Masakan kamu emang juara, Fay. Enak banget ayam kecapnya. Ini aku sampe nambah lho."
Faya tersenyum, tampak puas ketika Ratna menuangkan nasi ke piringnya untuk yang kedua kali. Besannya itu menatap seluruh hidangan dengan mata berbinar-binar. Tak ada setitik pun gelagat kenyang yang ditunjukkannya padahal sudah menghabiskan nasi satu piring penuh.
"Ini sambal bawangnya juga enak banget. Pedesnya pas, rasanya apa lagi. Iya kan, Mas?" Ratna bertanya pada Hendra yang sedang menekuri makanannya.
"Iya. Enak banget." Hendra mengangguk setuju.
"Wah ... syukur deh, kalau memang enak. Ini semua Nayra yang masak, Rat. Aku sih, cuma bantu-bantu dikit." Faya melirik Nayra yang tiba-tiba melotot.
Ini maksudnya apaan sih? Kok nama Nayra yang tiba-tiba disebut? Padahal, tadi siang kan ia cuma beres-beres ruang tamu doang, itu pun lebih banyak Arlan yang mengerjakan. Di dapur, Nayra cuma sempat bantu cuci sayuran saja. Faya sedang memuji atau menyindirnya diam-diam?
Mendengar ucapan Faya, senyum Ratna memudar. Ia lalu melirik Nayra yang sedari tadi dianggapnya makhluk tak kasat mata. Yang ditatap malah melengos, pura-pura memandangi dinding atau apa pun asal bukan balas menatap sang ibu.
Selang beberapa detik kemudian, Ratna kembali menguasai diri. "Oh, ya? Bagus dong. Berarti Arlan beruntung bisa menyantap masakan Nayra setiap hari."
Arlan yang disebut namanya hanya tersenyum sopan. Lagi-lagi ia memandangi sang istri. Perempuan di sampingnya itu tidak tersenyum sama sekali. Tak ada pula gerak-gerik ramah dari gestur tubuhnya. Mengunyah makanan pun Nayra tampak ogah-ogahan. Sejenak, Arlan menghela napas. Dirinya berpikir keras tentang apa yang membuat jarak di antara ibu dan anak sangat terbentang lebar. Apa tidak ada cara bagi Nayra dan Ratna untuk berbaikan?
Pandangan Arlan beralih pada Nayna yang juga membisu di samping Ratna. Gadis berhijab ungu muda itu hanya menunduk, mengunyah makanannya tak berselera. Nayna juga tampak menghindari tatapannya. Arlan sadar karena tadi ia sempat melempar senyum, tapi Nayna langsung membuang muka.
"Oh, iya, katanya Nayna mau merilis novel terbaru. Genre apa, nih? Romance lagi?" Faya beralih mengajak Nayna bicara.
Karena Nayna masih tertunduk lesu, Ratna pun menyenggol lengannya hingga gadis itu tersentak. Nayna menatap sekeliling dengan bingung hingga saat matanya menangkap senyuman di bibir Faya, mau tak mau ia ikut tersenyum.
"Iya, Tante?"
Faya mengibaskan tangan. "Panggil Mama aja, Na. Kamu kayak sama siapa aja, deh."
Wajah Nayna terlihat malu dan gugup. "Eh, iya, Tan—maksudku, Ma," ucapnya pelan.
Faya menyeruput es jeruknya dengan gerakan perlahan sambil leluasa menatap Nayna. "Jadi, gimana tentang novel terbaru kamu, Na? Masih tetap di genre yang sama? Romance?"
"Ah, itu ...." Nayna mengangguk-angguk. Ekspresinya lembut dan ramah. "Romance religi, Ma. Nayna mau coba hal-hal baru. Semoga aja pembaca setia Nayna suka dengan karya Nayna kali ini."
"Amin," sahut semua orang di meja makan, kecuali Nayra tentunya. Ia malah memutar bola mata bosan.
Tanpa mau menyiksa diri lebih lama, Nayra bangkit berdiri. Suara derit kursinya mengalihkan perhatian semua orang yang kini memandangnya penuh tanya. Dengan wajah dingin, Nayra berucap, "Nayra ke belakang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Wife
RomanceMahesa Arlanzio adalah seorang dokter muda yang sangat menyayangi ibunya. Apa pun permintaan sang ibu, Arlan akan selalu mengabulkan. Jadi, ketika ibunya meminta ia menikah dengan Anayra Lusiana, tanpa berpikir panjang Arlan langsung mengiyakan. Nam...