Bagian 13

7K 321 6
                                        

"Malam ini, kita akan bersenang-senang."

Seringai penuh kelicikan itu membuat Nayra memucat. Ia mundur beberapa langkah, sedangkan matanya menatap waspada. Selagi pria di hadapannya itu masih menyunggingkan senyum kemenangan, Nayra berusaha keras mencari celah untuk melarikan diri. Akan tetapi, tak peduli seberapa sering ia mengedarkan pandangan, tidak ada secuil pun tempat untuk menghindar.

Ia terperangkap di sebuah ruangan asing yang teramat menyesakkan. Bersama lelaki yang memandangnya seperti predator memburu mangsa, membuatnya bergetar di sekujur badan.

Bukannya merasa kasihan dengan wajah Nayra yang seperti mayat hidup, pria itu malah terkekeh senang. Kaki panjangnya melangkah lebar menuju pintu, mengeluarkan benda kecil dari saku celana hitamnya, lalu bergerak mengunci pintu dengan amat perlahan. Ia tampak sangat menikmati raut panik yang terpancar di muka Nayra begitu terdengar suara pintu terkunci.

"Kunci aja, ya. Biar nggak ada yang ganggu kita."

Setelah berucap demikian, ia melempar kunci itu ke atas lemari tinggi yang terletak tidak jauh dari ranjang. Nayra semakin panik. Matanya mengawasi lemari tersebut penuh keputusasaan. Lemari kayu itu sangat tinggi dan tidak ada meja untuk Nayra menggapai kunci yang dilemparkan lelaki itu. Belum lagi lelaki berengsek itu yang pasti akan menggagalkan usahanya, membuat Nayra tak berhenti gelisah.

"Darren … aku mohon, jangan kayak gini," cicit Nayra ketakutan. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain memohon.

Darren tersenyum manis. "Aku hanya ingin memiliki kamu, Nayra. Apa itu salah?" tanyanya sambil menaikkan alis.

"Yang kamu lakukan ini salah. Bukan kayak gini caranya kalau kamu suka sama aku."

Tanpa sadar, ucapan Nayra berhasil membuat Darren meradang. Dengan wajah gelap penuh emosi, ia melangkah cepat menuju Nayra dan mencengkeram lengannya. "Lalu aku harus gimana, Ra? Jawab!" bentaknya.

Nayra ternganga. Tubuhnya yang bergetar berusaha memberontak dari cengkeraman Darren, tapi pria itu terlampau kuat. Semakin Nayra melawan, semakin kasar perlakuan Darren terhadapnya. Pada akhirnya, ia memberanikan diri menatap mata Darren yang seakan ingin memakannya hidup-hidup. Nayra sudah ciut, tetapi memaksakan diri membalas tatapannya.

"Sadar, Darren … kalau kamu melakukan ini sama aku, aku akan membenci kamu."

Pria tinggi itu mendengkus. "Aku nggak peduli. Yang penting aku bisa miliki kamu sekarang, aku nggak akan pedulikan apa pun."

Bersamaan dengan berakhirnya kalimat Darren, pria itu sudah bergerak untuk mengangkat tubuh Nayra. Perempuan itu memekik dan meronta, memukuli Darren membabi buta bahkan menggigit tangan kirinya hingga cekalan Darren terlepas. Tak mempedulikan erangan kesakitan Darren, Nayra berlari menuju lemari dan melompat setinggi mungkin untuk meraih kunci.

Nayra berhasil. Kunci itu sudah berada di tangannya. Sembari melirik Darren yang masih kesakitan, ia bergegas menuju pintu. Saat hendak memasukkan kunci itu, Nayra merasa kesulitan. Tangannya yang gemetar memperparah semuanya. Ia berusaha berkali-kali dan tak menyerah. Lalu, di saat kunci itu sudah masuk ke lubangnya, Nayra sudah bersiap menarik pintu.

Namun, sayang beribu sayang, Darren sudah merenggut tubuhnya dari belakang. Membuat pegangan Nayra di gagang pintu terlepas dan tubuhnya tertarik kasar ke belakang. Belum sempat memberontak, Nayra dibanting ke atas ranjang, disusul Darren yang ikut naik ke atasnya. Nayra sudah melenting bangun, tetapi didorong kembali agar tetap berbaring. Darren menghimpit kedua kakinya dengan lutut, sementara tangan kekarnya bergerak melepas pakaiannya sendiri.

The Innocent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang