"Hai, guys."
Nayra melambaikan tangan kepada teman-temannya yang sudah berpesta di pojok ruangan. Mereka menoleh, lantas bersiul saat melihat penampilan Nayra yang luar biasa seksi. Nayra memakai gaun merah ketat, membungkus tubuhnya teramat erat dan sangat menggoda bagi kaum pria.
"Sini." Bella bergeser dan menepuk sofa kosong di sampingnya.
Nayra tersenyum samar. Ia menggiring Sean untuk duduk berdampingan di sana.
"Udah habis berapa botol, nih? Nggak nungguin kita lagi, Ra," cibir Sean begitu melihat botol-botol berserakan di atas meja.
"Lo berdua, sih, kelamaan," sahut lelaki yang duduk di sofa paling ujung. Kevin namanya. Ia bahkan sudah menyelipkan sebatang rokok di bibir. "Masa kita diam aja nontonin orang lenggak-lenggok dari sini? Nggak seru, kali."
Ucapan itu kontan mengundang tawa. Beberapa dari mereka terbahak, sedangkan Sean masih bersungut-sungut.
"Jangan ngomel mulu, Sean. Nanti cepat tua baru tahu rasa!" Andre, lelaki berkemeja kotak-kotak itu mencibir Sean. Tangannya bergerak, menuang wine ke dalam dua gelas dan menyodorkannya tepat di depan Sean dan Nayra. "Mending lo berdua minum, kalau habis tinggal pesan lagi."
Nayra meraih gelas itu dan langsung menyesap isinya. "Keren juga ini klub," komentarnya takjub, setelah mengamati setiap sudut ruangan.
Walaupun baru pertama kali ke sini, Nayra sudah jatuh cinta setengah mati. Ia sempat menyesal karena sudah menolak ajakan Bella yang dari dulu bersikeras mengajaknya ke Klub Houston. Ah ... kalau tahu, sudah dari dulu Nayra bakal ke tempat ini.
"Lo seksi banget, Ra." Deni, lelaki berambut cepak yang merupakan teman Sekolah Dasar Nayra berkomentar. Ia menatap Nayra dengan sorot mata kagum. "Hati-hati, nanti ada yang naksir."
Nayra memutar bola mata. "Tanpa gue berpakaian kayak gini pun udah banyak yang jatuh hati."
Tawa kencang kembali terdengar, bercampur dengan musik keras yang berdentam-dentum memekakkan telinga.
"Gimana kerjaan lo, Ra? Davin nggak macam-macam, 'kan?" tanya Bella penasaran.
Nayra mendengkus saat mendengar pertanyaan Bella. Ia diam sebentar, memilih menenggak wine sampai tandas sebelum menjawab, "Begitulah, Bel."
"Lo pasti tersiksa banget kerja di sana. Iya, 'kan? Secara kerja sama mantan, hahaha." Prisca menertawakan Nayra yang merengut kesal.
"Senang, ya, Ca, ngetawain gue." Nayra memasang ekspresi super jengkel. "Lo semua mikir aja, deh, masa iya gue betah kerja di sana? Kalau bukan karena mobil incaran, dari dulu gue angkat kaki dari sana."
"Si Davin suka nyuruh yang aneh-aneh nggak, Ra?" Kevin ikut penasaran. Lelaki itu mengembuskan asap rokok tepat di depan wajah Prisca hingga perempuan itu memukul bahunya kencang.
"Aduh!"
Nayra tertawa. Ia mengulurkan gelas kosong dan Sean sigap mengisinya dengan cairan wine. "Nggak ada. Kadang, sih, cuma ngajak nostalgia."
"Jangan mau balikan sama dia, Ra. Orang dia yang mutusin duluan," cetus Deni berapi-api. "Itu cowok gatalnya minta ampun. Padahal, nih, ya, gue dengar dia udah tunangan. Lo harus jauhin dia, Nayra."
"Gue ini sekretarisnya, Deni Sayang. Mau nggak mau gue harus ada di sekitar dia." Nayra berdecak saat membayangkan wajah Davin yang menyebalkan.
Davin adalah mantan pacarnya sewaktu SMA. Orangnya tinggi, tampan dan kaya raya. Pada awalnya, Nayra cinta mati sama dia. Namun, tanpa ada alasan yang jelas, Davin tiba-tiba memutuskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Wife
RomanceMahesa Arlanzio adalah seorang dokter muda yang sangat menyayangi ibunya. Apa pun permintaan sang ibu, Arlan akan selalu mengabulkan. Jadi, ketika ibunya meminta ia menikah dengan Anayra Lusiana, tanpa berpikir panjang Arlan langsung mengiyakan. Nam...