Nayra terbangun dengan kepala pening dan rasa mual yang menyengat, tetapi tak membuatnya mengumpat seperti biasa. Entah kenapa, Nayra malah merasakan bebannya seolah terangkat, meskipun tidak sepenuhnya. Ada dorongan kuat untuk terus menyunggingkan senyum dan Nayra bersumpah suasana hatinya benar-benar bagus untuk saat ini.
Apalagi sekarang hari minggu, hari kesukaannya dan hari yang membuat Nayra akan bersantai-santai dengan caranya sendiri. Setelah memuntahkan isi perutnya sampai mualnya reda, Nayra segera mandi dan berendam sekitar tiga puluh menit. Ia keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaian santai yang cukup ketat, lalu berhias di depan kaca sambil bersenandung senang.
Nayra tahu Sean yang membawanya pulang semalam. Bukannya Bella yang katanya akan menemani Nayra sampai tepar karena mabuk dan memulangkannya dengan selamat. Entahlah, mungkin Bella tak kuat menangani dirinya yang sedang mabuk, jadi sahabatnya itu memilih menghubungi Sean dan menyerahkan dirinya kepada pria itu.
Tidak apa-apa. Lagipula Nayra juga cukup kangen dengan dewa penyelamatnya yang satu itu. Semenjak menikah, mereka belum bertemu satu sama lain. Pertemuan terakhir mereka pun hanya pada saat resepsi pernikahan, tidak lebih. Nayra kangen curhat-curhatan dengan si tampan Sean. Ia juga masih belum mau jauh-jauh dari pria yang sudah menyelamatkan hidupnya.
Tanpa Sean, Nayra tidak akan bisa berdiri tegak seperti sekarang. Jika tidak ada Sean di sana, mungkin Nayra sudah terdaftar menjadi pasien rumah sakit jiwa.
Memikirkan itu, Nayra hanya bisa menghela napas. Ia sedang memakai pelembap wajah saat ponselnya tiba-tiba berdering singkat.
From : Sean
Jangan minum air dingin dulu. Minum obat pereda mual atau makan sup hangat.Nayra tersenyum samar. Sean memang malaikatnya yang berharga.
To : Sean
Iya, Ganteng. Lo yang bawa gue pulang, ya?Tak lama kemudian, satu pesan kembali masuk.
From : Sean
Lo ngerepotin banget. Jangan terlalu mabuk, Nayra. Nanti dicolek Om-Om.Nayra tertawa kecil. Ia meletakkan ponselnya di dekat wadah bedak dan kembali mengusap wajahnya dengan pelembap.
Pesan dari Sean memang cukup membuatnya bahagia. Namun, Nayra tak bisa menampik perasaan kecewa yang diam-diam memenuhi relung hati. Nyatanya, tak ada orang yang mengkhawatirkannya seperti Sean. Tidak ada yang menanyakan bagaimana keadaannya ataupun suasana hatinya. Juga, tak sekali pun orang-orang yang diharapkannya akan mengatakan ‘apa kamu baik-baik saja?’ di saat Nayra kacau seperti semalam.
Tidak seorang pun. Hanya Sean. Tidak ada orang lain. Karena itulah, Sean menjadi orang terpenting di dalam hidup Nayra. Ia akan melakukan apa pun untuk Sean Hadinata, bahkan jika pria itu meminta nyawanya.
* * *
Semula, Nayra sudah menyiapkan sederet daftar kegiatan di hari Minggu yang cerah.
1. Berdandan secantik mungkin.
2. Makan ice cream dua cup rasa cokelat dan strawberry.
3. Bertemu Sean dan kawan-kawan.
4. Jalan-jalan bareng Davin.
Untuk nomor satu, Nayra sudah melakukannya. Ia berdandan cantik dan memakai lipstick warna merah yang sensual. Baju pendek ketat sampai pinggang dan celana jeans yang tak kalah ketat sudah mendukung penampilannya agar terkesan seksi.
Sekarang, ia hendak mewujudkan kegiatan nomor dua kalau saja tidak melihat bayangan laki-laki di sudut rumah yang sepi. Mahesa Arlanzio. Berdiri tegak menghadap jendela dan tidak sedikit pun bergerak walau Nayra membuat suara seberisik mungkin. Jika tak melihat bahunya yang naik turun pertanda sedang menarik napas, Nayra akan berpikir kalau Arlan adalah patung. Patung yang jelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Wife
RomanceMahesa Arlanzio adalah seorang dokter muda yang sangat menyayangi ibunya. Apa pun permintaan sang ibu, Arlan akan selalu mengabulkan. Jadi, ketika ibunya meminta ia menikah dengan Anayra Lusiana, tanpa berpikir panjang Arlan langsung mengiyakan. Nam...