Begitu tiba di ruang rawat ayahnya, Nayra mematung. Ia membeku di ambang pintu dengan perasaan tak menentu. Melihat Hendra yang terbaring lemah sungguh bukanlah hal yang Nayra inginkan. Sosok ayah yang biasanya mengomel dan memarahinya tiba-tiba jatuh sakit seperti ini, tak pernah sekali pun terbayang di pikiran Nayra.
Kedua mata Hendra terpejam rapat. Terbaring tak berdaya, disertai masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya hingga terlihat menyedihkan. Dari kejauhan, Nayra bisa tahu betapa sulitnya bagi Hendra untuk sekadar mengambil napas. Belum lagi selang infus serta jarum yang menusuk punggung tangannya, menambah penderitaan Hendra beribu kali lipat.
"Nayra?"
Nayna masih menghapus jejak air mata di pipi saat tak sengaja melihat kembarannya yang berdiri diam di pintu masuk. Suara Nayna sontak saja membuat semua mata langsung tertuju kepada Nayra. Baik Ratna yang setia menggenggam tangan suaminya, serta Arlan dan Faya yang entah sejak kapan sudah berada di ruang rawat Hendra.
Seolah tak mengingat pertengkarannya dengan Nayra, perempuan berhijab kuning itu berjalan mendekati Nayra. Ia meraih lengan kembarannya dan mengajak Nayra masuk menuju sang ayah yang masih belum sadar. Nayra sendiri hanya menurut. Rasanya ia tak punya tenaga untuk menolak atau menepis tangan Nayna yang melingkari lengan kirinya. Ia terlalu fokus memandangi Hendra di ujung sana. Masih tak percaya kalau sosok itu adalah ayah yang selama ini selalu mencampuri urusan hidupnya.
Wajah Nayra memucat seiring langkahnya mendekat. "Kenapa ... kenapa Papa bisa kayak gini?"
Nayna menghela napas panjang. Terlihat jelas gurat kesedihan di wajah cantiknya. "Kata dokter, Papa terkena gagal jantung, Ra."
"Gagal jantung?" Ekspresi Nayra sekeras batu, sedangkan tatapannya mulai menajam. "Selama ini Papa baik-baik aja, Na. Mana mungkin tiba-tiba terkena gagal jantung?"
Nayna menggeleng cepat. "Dokter bilang, penyakit Papa ini sudah cukup lama. Aku pikir ... Papa memang sengaja menyembunyikan penyakitnya dari kita semua, Ra."
"Nggak mungkin."
Ini sulit untuk dipercaya. Bagaimana mungkin Hendra yang selama ini suka marah-marah, ternyata mengidap penyakit mengerikan? Gagal jantung ... penyakit itu bukanlah penyakit biasa. Meskipun Nayra bukan anak kedokteran, tetapi ia tahu benar gagal jantung bisa mengancam nyawa seseorang.
"Lo pasti bohong sama gue, Na." Nayra menggeleng. Berusaha keras menolak kenyataan serta tidak berniat mempercayai.
"Semalam Papa masih baik-baik aja. Dia juga masih bisa marahin gue, bentak-bentak gue. Orang yang punya penyakit jantung nggak bakal bisa marah-marah, Nayna!" bantahnya.
"Siapa yang tahu kalau Papa menyembunyikan semuanya, Ra?" Nayna membalas cepat. Air matanya kembali berjatuhan. "Sebagai seorang anak, aku merasa gagal. Gimana bisa aku nggak tahu kalau Papa menderita penyakit kayak gini."
Nayra terdiam. Tidak mampu berkata-kata. Hilang sudah sikap angkuh yang biasa ia pamerkan, yang ada sekarang hanyalah kecemasan. Takut dan khawatir akan sesuatu buruk yang bisa terjadi kapan saja kepada sang ayah.
"Nayra, Mama mohon." Nayra tiba-tiba merasakan tangan Ratna menyentuh kedua tangannya, lalu menggenggam jemarinya dengan tatapan penuh permohonan. "Tolong ... penuhi permintaan Papa kalian, Nak. Mama mohon sama kamu."
"Ma ...."
"Apa kamu nggak bisa mengabulkan permintaan orang tua kamu sendiri, Ra? Kita nggak tahu apa yang bakal terjadi sama Papa ke depannya. Setidaknya, dengan memenuhi permintaannya, Papa kalian akan cukup bahagia."
"Mama ngomong apa, sih?" Nayra mengempas pelan tangan Ratna yang menggenggam jemarinya, lalu menunjukkan wajah tidak suka secara terang-terangan. "Kenapa Mama bicara seolah Papa akan meninggal? Papa nggak bakal kenapa-kenapa, Ma," desisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Wife
RomanceMahesa Arlanzio adalah seorang dokter muda yang sangat menyayangi ibunya. Apa pun permintaan sang ibu, Arlan akan selalu mengabulkan. Jadi, ketika ibunya meminta ia menikah dengan Anayra Lusiana, tanpa berpikir panjang Arlan langsung mengiyakan. Nam...