Bagian 15

7.6K 338 2
                                    

Di saat semua orang sibuk membereskan taman setelah pesta berakhir, pasangan suami istri itu malah duduk santai berhadapan di meja makan dapur. Dua lembar kertas sudah ada di tangan masing-masing. Nayra menatap Arlan dengan senyum aneh, sementara pria itu hanya balas memandang datar.

"Sampai kapan kita bakal saling menatap kayak gini?" Akhirnya Arlan bersuara, seolah-olah tidak tahan berduaan dengan Nayra walau sedetik saja.

Tak menghiraukan pertanyaan Arlan, Nayra malah fokus memandangi kertas di tangan lelaki itu. "Kapan lo nulis lima poin perjanjian?"

Arlan melirik singkat kertas di genggamannya. "Tadi."

"Ya udah, cepetan." Tangan Nayra melambai-lambai penuh perintah agar Arlan menukarkan kertasnya dengan milik Nayra.

Meskipun keningnya mengkerut lantaran tidak suka diperintah, Arlan tetap menurut. Ia menggeser kertasnya ke arah Nayra dan gadis itu melakukan hal yang sama.

Arlan langsung mengangkat kertas dari Nayra dan membacanya saksama. Walaupun terdengar konyol, nyatanya Arlan cukup penasaran dengan lima poin perjanjian yang Nayra ajukan terhadapnya.

"Kita boleh protes dengan salah satu poin yang nggak disuka, 'kan?" gumam Arlan begitu selesai membaca tulisan Nayra.

Tanpa menoleh, Nayra mengangguk. "Yang punya alasan kuat, itulah pemenang."

"Maksudnya?"

Akhirnya Nayra menyembulkan wajahnya yang tertutup oleh selembar kertas. "Seandainya ada poin yang nggak lo suka dari syarat gue, lo berhak protes. Tapi harus ada alasan kuat dibalik itu. Kalau lo sekadar protes-protes nggak setuju doang, syarat itu akan tetap berlaku."

Arlan terdiam.

"Sekarang gue duluan yang bicara. Ladies first, right?"

Arlan mendengkus. Dilihatnya Nayra memicingkan mata, lantas meletakkan kertas tulisannya di meja dengan cukup keras.

"Lo berencana mengerjai gue, ya?" tuduh Nayra langsung.

Melihat Arlan yang hanya bergeming, perempuan itu berdecih sinis. Kedua tangan Nayra terlipat di depan dada, sementara matanya menghunus tajam.

Lima poin persyaratan Mahesa Arlanzio untuk Anayra Lusiana :

1. Tinggal di rumah yang ditentukan.

2. Dilarang bekerja.

3. Harus pulang ke rumah paling lambat jam 9 malam.

4. Dilarang mabuk-mabukan.

5. Tidak ada pembantu. Urusan rumah, pihak istri yang mengerjakan.

"Yang pertama gue setuju." Nayra mengangguk pelan, matanya mencuri pandang ke tulisan Arlan yang terpapar di meja. "Tapi yang lain enggak, Bocah. Gue keberatan!" sergahnya.

"Kenapa kamu keberatan?" Arlan mengangkat alis.

"Poin kedua. Masa iya gue harus berhenti kerja? Karir gue lagi cerah banget, asal lo tahu. Lo minta gue berhenti, itu sama aja menghancurkan hidup gue! Lo pikir hidup ini nggak pakai duit, hah? Gue kerja di sana udah lumayan lama. Selain gaji gede, perusahaan itu biasanya ngasih bonus akhir tahun. Lo juga nggak tahu kalau gue sekarang lagi ngincer mob—ah ... maksud gue emangnya lo bisa biayain seluruh hidup gue, Bocah?! Lo nggak akan bisa!" ujar Nayra panjang lebar.

"Terus?"

"Terus?!" pekik Nayra tak percaya. Seriously? Nayra sudah protes panjang lebar, tapi lelaki itu hanya menanggapi dengan satu kata?

The Innocent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang