"Kenapa tertawa? Mau nambah kadar kegilaan kamu?"
Arlan mengernyit heran saat mendapati Nayra tertawa ngakak. Gadis itu sampai memukuli meja dan sudut matanya berair karena terlalu keras tertawa. Tak menghiraukan tatapan bingung yang dilemparkan Arlan terhadapnya, Nayra masih saja terbahak-bahak seolah sedang menonton sirkus paling lucu sedunia.
Setelah beberapa saat, barulah Nayra berhenti. Ia memegangi perutnya yang sedikit sakit sambil berdeham singkat.
"Lucu aja melihat lo yang bertingkah sok suci," cibirnya langsung. Tak berniat ramah dan berbasa-basi sedikit pun.
"Maksud kamu?"
"Lo nggak setuju sama syarat gue yang nomor tiga?" Nayra mencondongkan tubuhnya ke depan seraya menatap Arlan penuh cemooh. "Munafik."
Arlan tak menjawab. Hanya matanya saja yang berkilat marah setelah Nayra menghinanya barusan. Munafik? Arlan menggeram tertahan. Ia tersinggung bukan main. Pintar sekali perempuan ini menguras emosi orang lain.
"Seharusnya lo berterima kasih sama gue, Ar." Nayra mendongakkan dagu sombong. "Gue tahu lo suka orang lain, jadi gue membebaskan lo mengejar cinta lo sendiri. Kenapa malah ngatain gue gila?"
"Selingkuh di dalam pernikahan nggak pernah dibenarkan, Nayra. Apa kamu nggak ngerti soal itu?"
"Lo tenang aja, gue nggak bakal marah kalau lo punya hubungan sama cewek lain." Nayra mengibaskan tangan dengan santai, sementara wajahnya menunjukkan kesan tidak peduli. "Lagian, kita berdua sama-sama tahu kalau pernikahan ini cuma sebatas status. Gue nggak berhak melarang lo. Mau selingkuh, silakan aja. Gue nggak keberatan."
"Tapi saya yang keberatan," sela Arlan tak setuju. "Saya nggak mau menodai ikatan pernikahan dengan skandal perselingkuhan."
Nayra tersenyum sinis. "Lo itu munafik banget ternyata."
Arlan terdiam.
"Cowok itu makhluk yang nggak pernah puas. Punya cewek baik-baik, masih diselingkuhi. Dapat istri yang sempurna dari segala sisi, masih juga dikhianati. Gue juga udah sering dengar banyak kasus di mana seorang suami selingkuh diam-diam di belakang istri. Dan lo tahu akhirnya, Bocah? Pihak perempuan yang bakal tersakiti."
Arlan bungkam.
"Nah, sekarang gue berbaik hati membebaskan lo berhubungan dengan cewek mana pun. Tapi, kenapa lo malah nggak terima? Jangan munafik, deh. Di dunia ini, mana ada cowok yang nolak kalau disuruh selingkuh."
"Nggak semua laki-laki itu suka selingkuh," bantah Arlan.
"Apa buktinya? Mereka yang udah nikah pun sering selingkuh."
"Ya. Silakan kamu dan segala persepsi buruk kamu itu bersatu," balas Arlan jengkel.
Nayra mengangkat bahu cuek. "Gue ngomong kenyataan, kok."
"Ya udah, terserah kamu. Tapi jangan suruh-suruh saya berbuat yang nggak benar. Saya bukan seorang pengkhianat," tegas Arlan.
"Ya, ya, ya, sesuka lo aja." Nayra mengembuskan napas, mengalah. "Intinya, poin nomor tiga dari gue ini setara sama kebebasan, Arlan. Lo nggak perlu khawatir kalau mau ngejar seseorang. Mau pacaran juga boleh, asal jangan diam-diam. Gue nggak bakal ngamuk kayak istri yang lagi mergoki suami selingkuh, kok. Tenang aja," ujar Nayra sambil mengacungkan dua jari.
Arlan mendengkus.
"Nggak mau?" Nayra mengangkat sebelah alis. "Terserah. Yang penting gue udah ngasih kebebasan buat lo dan gue minta lo juga kasih gue kebebasan yang sama."
Arlan diam. Nayra juga diam. Mereka berpandangan dalam hening yang membentang panjang.
Nayra tiba-tiba berdeham lagi. Ada rasa tak nyaman yang menyerangnya secara mendadak saat beradu tatap dengan suaminya. Semacam rasa ... gugup? Tidak! Bukannya Nayra salah tingkah ditatap lekat seperti itu. Hanya saja ia tidak terlalu suka diperhatikan lama-lama, apalagi oleh seseorang yang dibencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Wife
RomanceMahesa Arlanzio adalah seorang dokter muda yang sangat menyayangi ibunya. Apa pun permintaan sang ibu, Arlan akan selalu mengabulkan. Jadi, ketika ibunya meminta ia menikah dengan Anayra Lusiana, tanpa berpikir panjang Arlan langsung mengiyakan. Nam...