Bagian 22

7.7K 340 10
                                    

"Ra, stop minum! Lo udah terlalu mabuk."

Nayra menepis tangan Bella yang hendak merebut botol wine dari tangannya. Ia merengut sebal, meracau tak jelas dan menuang cairan alkohol itu ke dalam gelas dengan sempoyongan sampai-sampai berceceran di lantai. Setelah penuh, Nayra segera menenggak isinya sampai tandas.

Tindakannya itu dilakukan berulang-ulang sampai Bella menggeleng prihatin. Niat ingin menghentikan sahabatnya mendadak batal karena melihat kondisi Nayra yang menyedihkan. Mungkin, alkohol adalah pelarian terbaik bagi Nayra yang sedang memiliki segudang masalah.

"Bel, coba lo lihat gue," ucap Nayra setelah meletakkan gelasnya serampangan. Nayra menarik bahu Bella agar berhadapan dengannya, lalu mengguncangnya keras.

"Cantik gue apa Nayna, Bel? Jawab!" bentaknya. Lalu ia terkekeh pelan. "Yang pasti lebih cantik gue, 'kan?"

"Muka kalian sama. Kalau cantik, ya cantik semua, dong," balas Bella santai.

"Ah, dasar nggak asik!" Nayra memukul lengan Bella sampai gadis itu menjerit.

"Apa, sih, Ra?" Bella melepaskan diri dari cekalan sahabatnya yang semakin lama semakin erat. "Lo ada masalah apa? Soal saudara kembar lo itu?"

Bella memang tidak tahu detail permasalahan apa di antara dua gadis kembar itu, tapi ia bisa menebak kalau konflik mereka cukup berat. Buktinya bertahun-tahun hubungan mereka tidak baik, bukan? Nayra selalu bersikap kasar dan sinis terhadap Nayna, sementara gadis berjilbab itu terus berusaha memperbaiki hubungan mati-matian.

Dari sudut pandangnya, Bella merasa Nayna telah membuat kesalahan besar. Ia juga menebak kalau Nayra sudah terlalu kecewa untuk sekadar memaafkan. Entahlah, Bella tidak tahu persis. Akan tetapi, sepanjang ia mengenal Nayra, Bella tahu benar perempuan itu bukan jenis seseorang yang akan membenci tanpa alasan. Pasti ada sebabnya.

"Kenapa, sih, semua orang selalu belain dia? Kenapa dia yang selalu dianggap benar, bukannya gue?!"

Ini sudah yang kesekian kalinya Nayra mengoceh. Terkadang suaranya keras penuh emosi, terkadang juga diselipi kekehan miris dan tawa lebar. Namun intinya sama; Nayra membenci saudara kembarnya. Nayna selalu dibela, sedangkan ia dianggap bersalah.

"Lo juga, Bocah! Ngapain lo banding-bandingin gue sama cewek sialan itu? Lo pikir lo tahu semuanya, hah? Dasar berengsek!"

Bella menghela napas. Menyandarkan tubuhnya di sofa sambil mengamati orang-orang yang berjoget di lantai dansa.

Klub Houston selalu ramai, terlebih lagi pada hari libur. Suasananya berisik seperti biasa. Musik berdentam-dentum memecah gendang telinga. Perempuan seksi bertebaran. Lelaki hidung belang tampak di mana-mana. Bau alkohol menyengat memenuhi udara.

Bella terkesiap saat Nayra tiba-tiba mengebrak meja, lalu berdiri dengan wajah garang. Ia cepat-cepat berdiri dan menahan tubuh sahabatnya yang berjalan sempoyongan.

"Mau ke mana?" Intonasi suara Bella meninggi karena suara musik terlampau keras. "Pulang? Gue anter, deh," usulnya.

Nayra menepis tangan Bella. "Gue mau bunuh Nayna sekarang juga!"

Sontak perkataan itu membuat Bella melotot. "Jangan gila, Ra! Lo mabuk. Nggak usah bicara ngawur!"

Nayra menoleh, memberi tatapan tajam hingga membuat Bella merinding. "Nggak usah sok kecantikan, deh. Di mana-mana, cantikan gue dibanding lo, Na."

Bella memutar bola mata.

"Gue benci sama lo, Nayna. Benci, benci, benci!" Nayra memukuli Bella dengan tenaga penuh.

"Astaga, ini anak."

"Bel?" Suara berat itu membuat Bella menoleh. Seketika ia mengembuskan napas lega.

The Innocent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang