Selamat membaca part 26, ya.
Maaf update kelamaan ^_^ 😊😊*
*
Nayra masih sibuk memindahkan barang-barangnya ke kamar Arlan ketika melihat lelaki itu sedang berbicara di telepon.
"Iya, Ma. Jangan terlalu malam aja pulangnya. Ajak Ghina juga biar ada teman." Diam sebentar, lalu terdengar dehaman singkat Arlan. "Iya, Ma."
Nayra mengamati gerak-gerik Arlan, matanya tak lepas mengawasi pria itu yang kini sudah menjauhkan ponsel dari telinga. Seolah sadar sedang diamati, Arlan langsung menoleh pada Nayra. Sedangkan perempuan itu langsung tersentak kaget dan buru-buru menaruh selimut tebalnya di atas kasur.
"Mama nggak jadi nginap."
Nayra langsung menoleh. "Nggak jadi?" gumamnya seolah tak percaya. Matanya melebar dan tiba-tiba saja Nayra jadi kesal sendiri. "Kenapa?"
"Biasa. Soal arisan," sahut Arlan tenang. "Mama biasanya ikut kumpul-kumpul di rumah temannya. Kamu ngertilah pasti."
Nayra mendengkus. "Susah payah gue angkut hampir seluruh barang gue ke kamar lo dan tiba-tiba aja mama nggak jadi nginap?" Nayra terduduk lemas di pinggir ranjang sambil mengacak rambutnya seperti orang gila. "Mending gue pingsan aja dari tadi," gerutunya sebal.
Arlan memutar bola mata saat mengamati reaksi istrinya yang berlebihan. "Santai aja, Nayra. Mama nggak jadi nginap malam ini bukan berarti nggak akan nginap. Anggap aja kita lagi bikin persiapan supaya nggak kelabakan pas mama datang."
Nayra mendongak menatap Arlan. "Bener juga, lo, Bocah," ucapnya.
Lelaki itu berdecak jengkel. "Berhenti panggil saya bocah, bisa?"
Melihat ekspresi kesal Arlan, mendadak Nayra ingin menjahili pria itu. "Lo emang bocah, kok. Enam tahun di bawah gue. Ibaratnya, pas gue masuk SMP, gue pacaran sama anak yang baru masuk SD. Merinding gue," kata Nayra sambil pura-pura mengelus lengannya sendiri.
Arlan hendak ingin membalas, tapi kemudian dia terdiam. Istrinya itu pintar bersilat lidah. Arlan yang pintar bicara pun terkadang kalah saat adu bacot dengan Nayra. Satu-satunya cara mengalahkan perempuan songong itu adalah dengan ketenangan. Jangan terpancing akan ucapan Nayra, tetap santai lalu balas dengan kata-kata tajam. Ya, sudah pasti Nayra akan kalah. Meskipun nantinya wanita itu akan mengoceh panjang lebar karena tidak mau menerima kekalahan.
"Saya memang lebih muda dari kamu. Tapi, kalau soal kedewasaan, kamu masih jauh di bawah saya, Nayra," sahut Arlan akhirnya.
Benar saja. Sesuai dugaan, mata Nayra berkilat kesal ketika dijawab seperti itu. Lihat saja sekarang, Nayra sudah berdiri tegak seolah ingin menantang Arlan. Sudah dipastikan juga sepasang suami istri itu akan beradu argumen dan tidak mau mengalah satu sama lain.
"Oh, ya?" Nayra memulai dengan gaya bicaranya yang menyebalkan. Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo aja takut setengah mati kalau mama tahu soal kita berdua. Kita yang nggak ada kemajuan. Bahkan kita yang pisah ranjang. Itu yang lo sebut dewasa?"
Alis Arlan terangkat satu. "Kenapa pembahasan kamu meleceng ke sana?"
"Ada hubungannya, lah." Nayra tersenyum miring. "Gara-gara lo, gue juga ikut kerepotan. Males gue kalau mau akting mesra-mesraan sama lo di depan mama. Lo sebut diri lo dewasa ketika lo bisanya bikin orang lain susah?"
"Jadi kamu kesusahan?" Arlan malah bertanya hal yang lain. "Kamu nggak mau akting di depan mama saya?"
"Kalau iya, kenapa? Keberatan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Wife
RomanceMahesa Arlanzio adalah seorang dokter muda yang sangat menyayangi ibunya. Apa pun permintaan sang ibu, Arlan akan selalu mengabulkan. Jadi, ketika ibunya meminta ia menikah dengan Anayra Lusiana, tanpa berpikir panjang Arlan langsung mengiyakan. Nam...