Bagian 11

6.7K 337 22
                                    

Satu minggu berlalu sangat cepat bagi Nayra. Saking cepatnya, ia merasa kalau waktu seminggu itu ibarat satu kali mengedipkan mata. Nayra pun harus menerima kenyataan bahwa cepat atau lambat, pernikahannya dengan Arlan akan segera dilaksanakan. Tepatnya hari ini, Nayra harus rela menikah dengan pria menyebalkan yang bernama lengkap Mahesa Arlanzio.

Jangan tanyakan seberapa besar rasa tidak suka Nayra terhadap Arlan. Ia membenci Arlan lebih dari apa pun. Belum lagi tingkahnya yang menjengkelkan minta ampun. Jangan harap juga Nayra dan Arlan akan menjadi sepasang calon mempelai yang sangat romantis. Mereka malah terlihat seperti musuh abadi. Tidak ada yang namanya fitting baju pengantin sama-sama, tidak ada juga pemilihan cincin nikah sama-sama. Mereka melakukannya sendiri-sendiri. Yang lebih parahnya, untuk memilih cincin, Arlan malah mengutuskan Faya untuk menemani Nayra.

Sungguh rencana pernikahan yang antimainsteam.

Oh, tidak. Bolehkah Nayra memundurkan tanggal di kalender seluruh manusia di bumi? Atau minimal, ia memiliki kemampuan untuk memperlambat waktu. Ya, kalau bisa, Nayra takkan segan memundurkan waktu paling tidak tiga tahun sebelum perjodohannya direncanakan. Bagi Nayra, bertemu Arlan adalah kesialan. Jika harus memilih, Nayra lebih baik berurusan dengan Darren dibanding Arlan yang bermulut pedas dan suka menghina orang lain.

Darren?

Tiba-tiba saja Nayra merinding. Memikirkan nama itu langsung membuat bulu kuduknya berdiri, belum lagi nyalinya yang langsung menciut entah ke mana. Perempuan itu menggeleng cepat. Ralat sedikit, menghadapi Arlan serta sikap sinisnya jauh lebih baik daripada berurusan dengan Darren. Ya, itu baru benar.

"Mbak Nayra cantik banget."

Suara itu sontak membuyarkan lamunan Nayra. Pandangannya terarah ke cermin, menatap pantulan dirinya sendiri yang luar biasa cantik setelah dirias oleh laki-laki gemulai bernama Egi. Tak bisa dipungkiri, Nayra sendiri pun takjub dengan hasil riasan pria yang Nayra ragukan soal orientasi sex-nya.

"Dari lahir gue emang cantik, kok," ujar Nayra percaya diri. Ia menyentuh pelan pipinya yang merona sekaligus memesona. "Lo juga pasti pangling, kan, melihat gue?"

Egi mengangguk cepat. Ekspresinya sangat polos dan matanya berbinar-binar.

Nayra masih sibuk menikmati kecantikannya di cermin dengan senyum puas. Namun, senyumnya itu tiba-tiba menghilang, digantikan raut mendung yang datang tanpa disangka-sangka. Egi mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi Nayra yang berubah drastis. Perempuan ini akan menikah, jadi kenapa wajahnya malah tampak menyedihkan?

"Egi."

Tanpa angin, tanpa hujan, Nayra menggenggam tangan kekar Egi. Diam-diam Nayra cukup menyayangkan tingkah Egi yang seperti perempuan, padahal Egi ini cukup tampan, bertubuh kekar dan berotot. Nayra mungkin akan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Egi jika tidak mengetahui kalau Egi itu sedikit 'melambai'. Sayang sekali.

"Eh? Kenapa, Mbak?" Egi jadi gugup sendiri saat Nayra menatapnya penuh harap. Nayra yang masih duduk di kursi harus mendongakkan kepala untuk menatapnya yang berdiri tegak.

"Gue nggak siap, Gi." Nayra malah menggeleng sambil memasang wajah menderita.

Egi menaikkan sebelah alisnya. "Nggak siap apaan, Mbak Sayang?" tanyanya lembut.

"Kayaknya gue nggak bisa melanjutkan semua ini. Gue benar-benar tertekan," ujar Nayra mendramatisir.

Sebenarnya Nayra tidak berbohong. Ia mulai merasa ragu akan pernikahannya sendiri. Ada rasa takut, cemas dan gelisah yang bercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya. Nayra yang kemarin-kemarin sok percaya diri menyetujui rencana pernikahan, tapi hari ini malah tidak siap.

The Innocent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang