Demi negeri-negeri indah di utara, tanah-tanah yang dihiasi salju, yang diisi oleh kaki-kaki para leluhur bangsa Snow Elf. Mereka menjaga tanah itu dengan kedamaian dan juga kemakmuran.
Saat bulan menjadi matahari, kelap-kelip hiasan bangunan terlihat mempesona. Menara-menara tinggi yang ditutupi oleh awan, istana-istana megah memperlihatkan keangkuhannya diatas rumah-rumah kecil, semua nampak jelas saat cahaya memasuki rongga-rongga kegelapan.
Tak ada satupun bangunan yang tersembunyi dalam kegelapan, karena kota itu sangatlah putih bagaikan salju, dengan ukiran emas yang bercahaya, serta lilin-lilin yang disimpan di setiap tiang-tiangnya.
Sebuah ramalan tersimpan pada satu gulungan agung bernama Elder Scroll, lagu-lagu itu dinyanyikan didepan seorang bayi yang baru saja lahir.
Suara yang indah dari sebuah cinta, masuk dalam telinga anak itu, membelai-belai hatinya yang rapuh dan diisi oleh keyakinan juga harapan.
Musim dingin yang mencium musim semi, pepohonan menjadi rindang dan keheningan pun datang. Hari itu sang anak pun belajar untuk melangkah, hingga tersesat dalam keindahan fajar yang menyongsong Fal Telin. Dia tersandung dan berlutut, kelelahan seperti es yang sedang mencair. Seketika ia memandang langit biru, lalu memejamkan mata birunya yang indah, hingga seseorang datang kepadanya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Dialah Jorgild sang ayah, dengan tubuh kekar dan rambut menyentuh bahu. Dia merupakan putra seorang dari ras Nord bernama Gudmund.
Jorgild membawa putri kecilnya ke sebuah balkon diatas menara Fal-Telin, memperlihatkan padanya pegunungan yang luas tertutupi salju. Terlihat pula hutan-hutan pinus disekitarnya dan rumah-rumah penduduk yang mengitari kastil itu seperti sebuah roda besar.
Keindahan itu memudar saat Jorgild menoleh ke kanan, ia melihat puluhan rumah terbakar dan puluhan warga terbunuh.
Hal itu merupakan api amarah paman Jorgild, yaitu Harald Hand-Free yang merupakan keturunan ke 13 dari Raja Ysgramor. Sang paman ingin merebut apa yang leluhurnya inginkan, yakni Permata Agung sekaligus membabat habis sisa-sisa Snow Elf yang ada.
Peperangan yang ia kobarkan tak luput dari hasutan anaknya sendiri; Baldur si Pembawa Masalah. Maka kebencian juga tertuju pada Jorgild yang telah dianggap menodai perjuangan bangsa Manusia Atmora atau sekarang disebut sebagai bangsa Nord, dengan menikahi putri bangsawan Snow Elf dari Fal-Telin.
Pada malam hari, Jorgild bersama istrinya Rynvenna berjalan menjauhi kota itu. Sambil dipenuhi rasa cemas dan takut, sampai memeluk erat putri kecil mereka yang sedang tertidur.
Para kesatria Snow Elf menjaga mereka bertiga, salah satu dari kesatria itu adalah adik dari Rynvenna yaitu Vadin Arthur.
Ketiganya pun sampai pada sebuah hutan yang begitu gelap. Tak ada tiang-tiang dengan lilin-lilin yang menggantung disana, tak ada pula ukiran emas maupun benteng-benteng kokoh yang menjaganya, hanya ada suara lolongan serigala dan angin yang berhembus dari sela-sela pepohonan.
Mulai saat itu, keluarga tersebut tinggal disana dan hidup dalam pengasingan dalam sebuah gua di dekat sebuah danau.
Tak ada satupun dari bangsa Nord dan Snow Elf yang berani mendekati hutan itu, karena konon hutan yang gelap dan menakutkan itu dijaga oleh iblis yang suka menangkap anak perempuan untuk dijadikan mainannya.
Namun hal itu tak berpengaruh bagi putri mereka berdua, yang terlihat selalu bahagia dan menyukai petualangan.
Hingga satu bulan pun berlalu disana, anak kecil itu pun sekarang memiliki nama. Sebuah nama yang terinspirasi dari leluhur Jorgild di Atmora; seorang wanita yang menyatukan seluruh manusia dan mampu mengusir serangan bangsa Kamal dari Akavir.
"Katja" tulis nama itu oleh Jorgild pada secarik kertas di dalam buku yang ia buat.
Arti Katja adalah Murni, karena anak kecil ini berasal dari dua keluarga yang berasal dari daratan Skyrim. Walaupun kedua keluarga memiliki perbedaan ras dan saling memusuhi satu sama lain.
Sejak diberi nama itu, Katja sangat senang dan selalu menyebutnya di setiap percakapan.
Dia akan berkata "Katja" saat ingin mengatakan "Aku" bersamaan dengan tingkah polosnya yang menggemaskan.
Suatu hari, tanpa sengaja Katja merobek sayap kupu-kupu yang dikejarnya. Dia pun menangis bagaikan daun yang berguguran. Saat itulah sang ayah menghiburnya dan mengatakan, "Sesuatu yang indah akan lebih cepat mati jika kita tidak saling memahami. Bagaikan sekuntum mawar yang kau petik di sebuah taman, mungkin kau akan mendapatkannya namun disisi lain kau telah membunuhnya".
Katja yang bersedih itu pun berniat membawa kupu-kupu tersebut kepada ibunya yang tengah memasak. Saat melihat mata biru kecil itu berderai tangis, Rynvenna membersihkannya dan memeluknya dengan lembut.
Buah hati Rynvenna itu meminta sebuah sihir yang dapat mengembalikan sayap kupu-kupu itu seperti sedia kala. Rynvenna tersenyum dan mengusap sayap kupu-kupu dengan perlahan, seketika sayapnya pun kembali dan dapat terbang seperti sedia kala.
Katja yang bersedih pun mulai gembira, wajahnya berubah menjadi secerah fajar di pagi hari yang memberikan kehangatan dan ketenangan.
Lambaian tangan pun ia lakukan sambil berlari mengikuti arah terbangnya kupu-kupu itu, hingga ia pun berhenti pada tepi sungai yang deras.
Dengan seiring terbenamnya matahari, Katja kecil pun berjalan pulang sambil ditemani ayahnya.
========================================
...ooOoo...
Akbar Kartiko
Senin, 22 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Blood : Pray For The Dead
FantasyIni adalah kisah seorang perempuan berdarah Nord dan Falmer yang diberkahi menjadi Mirsil atau biasa dikenal sebagai Cahaya Auri-El. Atas gelarnya itu, ia ditakdirkan akan menerangi seluruh kegelapan yang ada di Nirn. Namun, Raja Kegelapan bernama...