BAB 6 : GOĒTEÍA

114 2 60
                                    

   Kekuasaan hitam telah menyelimuti perbatasan Skyrim. Kaisar Titus dari Dinasti Mede yang berada disana telah dihantui oleh rasa takut dan keputusasaan.

Molag Bal memerintahkan pengikutnya di Nirn agar keluar dari persembunyian, membukakan pintu-pintu kastil vampir di seluruh penjuru dunia dan mengirimkan Jenderal perangnya, Azalor si Tangan Api.

Mereka datang dari beberapa golongan, namun tak ada yang paling berambisi selain klan Volkihar. Mereka menapaki tanah Skyrim dan siap menaburkan benih kematian untuknya, demi perang besar yang paling berdarah sepanjang masa, namun mereka masih menunggu datangnya Cahaya Auri-El yang dikutuk; Katja sang putri Fal Telin.

Katja mendengar gemuruh panggilan Molag Bal, menandakan bahwa tugasnya di dunia akan dimulai. Ia kemudian pergi meninggalkan kawan barunya, lalu memanggil Faalkrahsuum, naga besar pemberian sang Raja Kegelapan untuknya. Kegelapan akan menerjang Tamriel bagaikan pantai yang diterjang ombak besar. Lalu Faalkrahsuum berkata, "Zu'u sar fah daar, Mon do Coldharbour (Aku menunggu untuk ini, Putri Coldharbour)."

Dan ketika semua pandangan menuju langit, sinar mentari terlihat begitu hitam dan gelap. Suasana dingin dan hening, seakan memberi sinyal bahwa sesuatu yang besar akan datang.

Namun itu terjadi saat malam hari, saat semuanya tengah tertidur pulas. Tak seorang pun yang tahu tentang hal itu, bahkan saat Katja mulai kembali dan tidur di lantai beralaskan jerami. Angin malam meniupkan lembut hidupnya ke tubuh Katja hingga kedua matanya terpejam, walau jiwanya masih saja melayang mencari cahaya diantara ribuan memori kelam yang membatu. 

Mimpi Katja lagi-lagi tentang wanita berambut putih yang memanggilnya. Ia mendengar ratapan yang berbunyi, "Dengan kasihmu wahai Dewi Cinta, kumohon jagalah separuh hidupku."

Kemudian gemerlap putih memenuhi pandangan Katja, seakan terjatuh kedalam milyaran kapas hangat yang sangat harum. Lalu muncul sebuah cahaya diatasnya dan bunga lily yang terbang di pelupuk sang fajar, membawa Katja ke sisi sebuah pohon yang begitu rimbun daunnya.

Katja melihat dirinya sendiri terbaring di tanah, seolah-olah menyatu dengan bumi. Tetapi tiba-tiba tumbuh sepucuk tanaman dari hatinya, yang perlahan membesar menjadi pohon beringin yang kokoh dan sangat sejuk. Pohon beringin itu terus membesar sampai menutupi seluruh dunia di dalam kesejukannya, lalu ia melihat para petani mulai menggarap sawah disisinya, serta anak-anak kecil bermain dengan gembira. 

Sesaat setelah mimpi itu berakhir, Katja terbangun dalam keramaian pagi yang dilapis emas samar. Ia pun memakai jubah pemberian Evelyn dan keluar dengan tenang.

Keramaian itu dilihatnya sebagai yang terburuk, bagai matahari yang bercahaya hitam. Sebuah pertikaian yang selalu terjadi di dalam kelompok Thalmor ini benar-benar membuatnya muak, namun tak ada yang paling membuatnya geram ketika Evelyn dianiaya Araric dengan mengikatnya di sebuah papan dan menenggelamkannya ke dalam danau. 

Seluruh rekan-rekan Thalmornya malah tertawa, kecuali Liliana yang selalu berusaha menarik papan itu ke daratan. Ketika Evelyn bangkit dan melawan, ia berhasil membuat Araric terjatuh dan terluka. Lalu perkelahian itu berlanjut hingga esok hari ketika Evelyn sedang berusaha melatih sihir di sebuah padang rumput, rekan-rekan Araric menyiramnya dengan satu kuali sup yang telah basi. Namun Liliana segera menghajar mereka dan membuatnya tak dapat berkutik. 

Katja disana terus memperhatikan segala hal yang terjadi tanpa terbesit keinginan untuk membela Evelyn.

Tetapi Liliana bercerita kepadanya saat mentari sedang temaram, pada saat itu Liliana berkata, "Kebanyakan orang-orang kami akan melihat Evelyn sebagai si setengah manusia yang kotor, namun bagiku dan orang-orang yang mengenalnya lebih dekat akan menilainya sebagai pengendali sihir yang unik."

Snow Blood : Pray For The DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang