BAB 22 : PEMAHKOTAAN

43 2 34
                                    

   Terjadi pecahnya konsentrasi pasukan Legiun Imperial di Skyrim diakibatkan pemotongan jalur logistik dari Falkreath menuju Dawnstar dan Winterhold. Penaklukan Windhelm dan Riften oleh Snow Blood menjadi masalahnya, yang menjadikan posisi pasukan Northbound di Dawnstar, Winterhold, dan juga Solitude mengalami momen krusial dari serangan Ardapelin dan Bataar-Khan.

Kini Ardapelin telah merekrut banyak orang nord dari daerah yang dikuasainya, namun perlawanan gerilya dari daerah taklukan juga menjadi hambatan bagi Ardapelin untuk melanjutkan peperangan.

Sementara Bataar-Khan, pasukan yang paling setia untuk sang Miranessa Katja juga kebingungan dengan alam Skyrim yang sangat asing bagi mereka. Karena mereka adalah orang-orang yang terisolir selama ribuan tahun di Lembah Salib Kudus, sehingga seringkali pasukan mereka tersesat di hutan ataupun pegunungan salju yang terjal.

Sekarang, pasukan Legiun Imperial dan Northbound di Falkreath ingin bergabung dengan rekan-rekan mereka di utara Skyrim, tetapi Riften dan Windhelm telah dikuasai Snow Blood sehingga akan sangat berbahaya bila mereka nekat melewati jalur tersebut. Oleh karena itu Legiun Imperial dan Northbound mendesak penguasa Whiterun; Jarl Balgruuf untuk mengizinkan mereka melewati daerahnya.

Jarl Balgruuf langsung menolak hal tersebut dengan tegas, karena ia dan pasukan Whiterun-nya memilih netral dari peperangan ini. Dan sang Jarl juga takut bila ia mengizinkan Legiun Imperial dan Northbound melewati wilayahnya, maka Kemiranan Snow Blood akan menanggapi Whiterun telah berpihak pada aliansi.

Namun Jenderal Tullius dan Legate Rikke di Solitude memerintahkan agar Legiun Imperial yang berada di Falkreath agar segera menyerang Whiterun, karena sesungguhnya Whiterun tetap bagian dari Kekaisaran Mede dan daerah itu harus mau tunduk terhadap perintah Kaisar.

Maka pecahlah perang antara Legiun Imperial dengan pasukan Whiterun, sementara pasukan Northbound diminta untuk menjaga Falkreath dari kemungkinan serangan Ardapelin dan Bataar-Khan dari arah Rilleindoth.


Penaklukan Winterhold dan Dawnstar hingga Pakta Jaurielin-Veloth II dan Pakta Snow Throat
1 Last Seed hingga 13 Frostfall, 203 4E

   Para dunmer Redoran tidak akan pernah mau menerima tanah mereka dijajah oleh Snow Blood dan diperintah oleh orang yang bukan dari golongan mereka. Tetapi Katja yang tidak percaya dengan perjanjian yang ia buat dengan Dovthen, terus menerus memaksa Redoran agar menyerahkan Solstheim padanya.

Bagi Katja, kenetralan Boethiah adalah suatu penghinaan terhadap rakyatnya. Bagaimana tidak, Lembah Salib Kudus hancur lebur, dan Redoran meminta kepala Gekutai, sementara Redoran berjanji akan pergi dari Gerbang Timur yang memang wilayah itu bukanlah milik mereka sedari dulu.

Hanya para dunmer yang menerima keuntungan dari pakta kemarin, dan tidak dengan pihak Snow Blood. Oleh karena itu Katja terus berupaya memaksimalkan kekuatan pasukan Vosduk agar segera bersiap untuk berperang di Solstheim.

Disisi lain, Schamil yang menjadi Komandan Lapangan dari Vosduk merasa bahwa perintah Katja itu adalah perang bunuh diri. Ardapelin sedang karut-marut berperang melawan Legiun Imperial dan Northbound, sehingga tidak mungkin bila Ardapelin dapat membuka arena perang baru yang berada di seberang lautan.

Oleh karena itu Schamil memilih mengabaikan perintah dan kembali dari Windhelm menuju Fal Telin untuk mengkritik titah sang Miranessa.

Snow Blood : Pray For The DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang