BAB 10 : GEROMBOLAN VAMPIR bagian ke 3

21 2 13
                                    

   Munculah awan-awan gelap di seluruh Skyrim. Tanaman layu, daun-daun pun berguguran, langit terlihat mendung meskipun saat itu tidak sedang turun hujan, salju-salju di belahan utara mulai mencair sehingga ombak-ombak besar seringkali menerjang pemukiman bangsa Nord.

Hari itu Masser dan Secunda terasa dekat sekali, seperti hendak memberitahu kepada semua orang bahwa kejahatan telah bangkit.

Dalam tempurung waktu yang kian habis, putra Katja;  Viktor yang kini secara ajaib dengan sihir hitam tumbuh menjadi anak kecil yang cerdas dan berbakat di sebuah rumah di Coldharbour. Tetapi anak itu mempunyai kejahatan yang ditanamkan secara berangsur-angsur oleh Molag Bal. Dari hati yang jahat itu, Molag Bal berencana membuatnya sebagai pengganti dari Katja.

Molag Bal sekarang tahu bahwa keturunan dari Cahaya Auri-El akan menjadi sosok Cahaya Auri-El juga, maka dengan mengetahui hal tersebut, Viktor-lah yang akan membangkitkan Permata Hitam jika Katja sewaktu-waktu akan mengkhianatinya lagi.

Dengan rencana rahasia ini Molag Bal pun memberi julukan anak itu di masa depan nanti, dan dia akan dipanggil sebagai Sang Necromancer.


   Dibalik indahnya purnama, Skyrim menjelma menjadi tanah penuh darah yang mengerikan. Antara sesama Nord yang saling bermusuhan, sekaligus kekuatan gelap yang menyerang keduanya.

Dilihat bintang-bintang tak lagi bersinar di langit, seperti enggan menatap apa yang tengah terjadi hari itu. Semua mata terlihat berharap akan perubahan, setidaknya menginginkan kehidupan yang layak bersama semua orang.

Terdapat langkah seperti nafas Red Mountain ditengah-tengah udara yang dingin, ialah Katja yang berjalan menyusuri gelapnya hutan dan bertindak seperti seekor serigala yang tengah berburu mangsanya.

Suara-suara dentuman dan hujanan proyektil menghantui pikirannya kala itu, dan dia lantas ingin bersandar di sebuah batang pohon didekatnya. 

Dirinya menangis karena tidak kuat dengan pengalaman buruk tentang hancurnya Fal Telin dan kematian orang tuanya. Dengan suara-suara proyektil yang mengingatkannya akan kenangan masa lalu, maka lengkaplah sudah rasa amarahnya menjadi niat yang kuat membalas dendam.

Seketika itu juga dia memukul batang pohon itu dan mulai beraksi seperti Ratu Coldharbour yang kejam dan berdarah dingin.

Namun aksinya kini tidak dibantu Faalkrahsuum, karena naga itu telah diminta bersembunyi di pegunungan Druadach agar tidak diburu oleh musuh-musuhnya.


   Ditengah hutan itu, Katja berjalan sempoyongan seperti orang yang mabuk. Tak letih ia menangis karena termakan depresinya. Namun sesuatu hal pun membuat dia penasaran, seorang anak kecil yang menangis karena telah kehilangan ibu dan ayahnya. 

Tepat didepan Katja, ia melihat jenazah sepasang suami-istri itu tergeletak. Dan ia pun menatap anak kecil itu dengan tatapan menakutkan.

Sontak anak kecil itu menangis lebih kencang dan segera menjauh dari Ratu Coldharbour. Akan tetapi Katja mendekatinya dan mengusap air mata anak kecil itu seraya berkata, "Tindakan baik kita seperti onggokan pasir yang disapu air. Dunia terlalu kejam untuk orang-orang baik, maka bangkit dan lawanlah semua ini demi membalaskan dendam terhadap kematian kedua orang tuamu."

Tetapi anak kecil itu pun menjawabnya dengan berkata, "Kau adalah monster. Aku tidak suka dengan orang sepertimu. Kematian orang tuaku adalah takdir, dan kewajibanku adalah menggapai mimpi mereka yang belum tercapai, yakni kebahagiaan."

Snow Blood : Pray For The DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang