BAB 21 : VIKTORIA ARKANUM bagian ke 3

8 0 19
                                    

Aliansi Northbound melawan Ardapelin.

   Pada awal bulan Sun's Dawn, pasukan Ardapelin telah memiliki setidaknya 2000 pasukan aktif dan 4500 pasukan cadangan. Mereka semua terus dilatih agar terus berkembang menjadi lebih tangguh dan cekatan ditengah gempuran alam salju yang dingin.

Pasukan Ardapelin sendiri memiliki kemiripan diseluruh angkatan perangnya, yaitu penggunaan kulit hewan sebagai zirah, dan perak sebagai persenjataan mereka. Penggunaan kulit hewan yang masif dalam pembuatan zirah bukanlah tanpa sebab, melainkan karena menyesuaikan dengan alam Skyrim yang bergunung-gunung serta dingin. Maka dengan zirah berbahan kulit hewan inilah yang menjadikan mobilitas pasukan Ardapelin menjadi lebih cepat.

Meski berbahan kulit, namun Katja ingin pasukannya terlihat kuat dan gagah seperti halnya para Imperial dan prajurit dari Wayrest. Maka iapun meminta para pengrajin zirah dari Bataar-Khan untuk membuat desain yang diinginkannya.

Darisanalah tercipta sebuah zirah berwarna putih dengan model mantel berkerah lebar, sepatu bot serta sarung tangan yang ringan. Penampakan pakaian itu benar-benar mengundang perhatian bagi seluruh masyarakat Lembah Salib Kudus termasuk Katja sendiri.

Adapun perak yang digunakan dalam persenjataan mereka dimaksudkan untuk mengatasi masalah dari pengalaman sebelumnya saat Gerombolan Vampir menyerang Skyrim. Katja yang berada dipihak para vampir saat itu merasa penggunaan perak benar-benar efektif menghabisi pasukannya. Jadi diapun ingin pasukan Ardapelin memiliki senjata yang tidak hanya efektif membunuh orang biasa, namun juga makhluk-makhluk dari kegelapan.

Tidak hanya itu, Katja pun meminta setiap senjata harus diberi mantra seperti Busur Auri-El, namun hal ini sangat sulit dan bahkan tidak mungkin dilakukan, sehingga yang dapat dilakukan adalah menyerupakan kekuatannya dengan mantra berbeda namun dengan hasil yang kurang lebih sama.

Katja juga meminta agar semua prajurit memakai topi berbulu yang disebut papakha. Dirinya mengungkapkan bahwa papakha adalah simbol kehormatan dan martabat sebagai pasukan Ardapelin, sehingga pantang untuk mereka melepasnya dan mencederainya.

Dalam Ardapelin, warna dari papakha juga menjadi pembeda bagi setiap angkatan perang.

Papakha milik pasukan Ziliya memakai warna putih, Vosduk memakai warna hitam, sedangkan Muur memakai warna cokelat. Dan disetiap papakha ketiga-tiganya diberi satu riasan manik-manik berbentuk permata berwarna putih sebagai simbol dari kesucian.

Sederhana namun bergaya dan memiliki kesan tidak terkalahkan, itulah yang selama ini Katja inginkan dari pasukannya. Dan hal ini membuat banyak orang di seluruh Tamriel termasuk para nord dari Kerajaan Skyrim merasa ngeri akan ambisiusnya penguasa Lembah tersebut.

Banyak orang pun menjulukinya lagi sebagai Ratu Merah dan memujinya sebagai wanita terkuat yang pernah ada. Tetapi dibalik kekuatan disitu ada kelemahan, dan Katja tidak luput akan hal itu.

Karena menyadari bahwa Katja adalah ancaman bagi keutuhan negeri Skyrim, maka sebagian para Jarl pun sepakat untuk membuat aliansi seperti dulu untuk memeranginya.

Kabar akan aliansi dan perang itu akhirnya sampai di telinga Katja, dan hal ini membuat wanita itu mendadak pingsan di tahtanya.

Penduduk Lembah Salib Kudus juga merasa terguncang dengan kabar ini, apalagi setelah melihat ratu mereka masih tak berdaya.

Katja kini pun terlihat sangat pucat, dia tidak mau makan atau minum, bahkan untuk berbicara dengan suaminya saja dia tidak bisa. 

Mental sang Miranessa benar-benar hancur, sehingga Azariel sebagai Cunemerati memerintahkan Glenvus untuk memeriksanya dan merawatnya hingga membaik.

Snow Blood : Pray For The DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang