BAB 13 : AWAL PERJALANAN

15 2 22
                                    

   Kebijaksanaan telah membuat rumahnya sendiri, dia telah memahat tujuh pilarnya. Katja membangun kembali kemurnian Fal Telin dengan cinta damai terhadap Bataar-Khan yang bar-bar. Dia memberikan rasa hormat dengan mengedepankan kerendah hatian yang menjadikan orang semacam Gekutai dan Sihiilai tunduk padanya. Katja juga merupakan sosok wanita yang mempunyai misi dalam hidupnya, alih-alih mengikuti kata orang lain apalagi tunduk pada orang lain.

Ketulusannya untuk berbuat baik membuat Mancariel percaya bahwa dunia secepatnya akan dipenuhi kekuatan kebaikan dari orang-orang yang berhati bersih.

Di tanah ini, merupakan waktu awal perjalanan Katja dimulai. Dalam dinginnya salju dan teriknya matahari, serta berpijak pada peradaban kuno yang gemilang, Katja akan membangun semua cinta yang ia rasakan menjadi kenyataan.


   Katja sekarang sedang berjalan pelan menyusuri Fal Telin. Dia meraba dinding-dinding marmer dan mengingat kembali saat ia belajar menulis bersama ayahnya.

Sang ayah adalah Nord yang sangat penyayang namun disisi lain ia adalah orang yang cerdas.

Bila Katja sedang belajar menulis, tangan sang ayah akan membantunya dengan memegang tangan putrinya dan membuat huruf-huruf itu agar terbentuk dengan sempurna.

Hal itu sangat membekas pada ingatan Katja, hingga sampai sekarang ketika ia ingin menulis sesuatu, ia merasa tangan ayahnya selalu membantunya untuk menulis.

Diluar, salju begitu kencang mengguyur Lembah Salib Kudus, disaat itulah Katja merasakan kedamaian yang selama ini dia rindukan.

Suara angin yang masuk dari celah-celah dedaunan tanaman, dan suara tetesan air dari es yang meleleh didekat perapian, membuat Katja teringat apa saja harapan sang ayah kepadanya.

Ketika itu Katja kecil bertanya kepada sang ayah, "Apakah ayah sayang dengan Katja?"

Ayahnya pun menjawab, "Jikapun seluruh dunia membencimu, kamu selalu tahu bahwa ayah adalah salah satunya yang selalu sayang padamu."

Katja pun memeluk ayahnya dan bilang, "Ayah janji tidak akan pergi kan? Aku ingin ayah selalu ada untuk bersamaku."

Mendengar hal itu, Jorgild tersenyum dan menjawab, "Kita semua akan meninggal Katja, dan ketika waktu ayah telah tiba, maka hanya cinta dalam hatimu yang akan terus menghidupkanku."

Mengingat masa lalunya itu, Katja pun menangis sendirian di sudut ruangan, dan dia mengatakan, "Akan kutunjukan padamu dan ibu bahwa aku layak menjadi putri kalian."


   Suar Fal Telin pun menyala ketika kegelapan malam menyelimuti Lembah Salib Kudus. Warna emas yang ditembakan kelangit membuat semua mata yang melihat terkagum-kagum akan keindahannya.

Dan ketika suar itu dinyalakan, seluruh Tamriel pun tersentuh dalam hening keagungannya.

Para Altmer di Kepulauan Summerset merasakan kebingungan luar biasa, karena mereka menyadari bahwa cahaya itu berasal dari kerabat Falmer mereka di Fal Telin.

Sementara Argonian, Khajiit, Redguard dan lainnya hanya tercengang sesaat tetapi setelahnya mereka tidak begitu peduli. 

Namun bangsa Nord berbeda, mereka menganggap cahaya emas itu adalah ancaman. Mereka menyatakan bahwa kiamat akan segera tiba apabila musuh lama mereka kembali bangkit dari kubur.

Sementara Arthur dan Gelebor melihat itu dari Forgotten Vale, terlihat raut senang dan gembira terlukis di wajah mereka.

Arthur pun merasa saatnya untuk kembali ke tanah kelahirannya, dan iapun memandang Gelebor dan menjabat tangannya sambil mengucapkan terimakasih.

Snow Blood : Pray For The DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang