BAB 3 : PION DUA DEWA

87 4 48
                                    

   Kemaharajaan Jauriel adalah surga bagi para penuntut ilmu. Orang-orang dari latar budaya yang berbeda dapat hidup berdampingan, karena kebanyakan dari mereka memiliki satu tujuan.

Kebebasan yang ditawarkan oleh pemimpin-pemimpin Fal Telin membuat berbagai penemuan di bidang teknologi semakin beragam. Hal ini membuat minat orang-orang di seluruh Tamriel untuk pergi ke tanah Skyrim yang penuh dengan kemakmuran.

Orang-orang dengan kecerdasan dan kepintaran yang luar biasa akan selalu mengunjungi Skyrim setiap tahunnya, bahkan mereka akan menetap disana agar mereka dapat terhindar dari negeri asalnya yang selalu mengekang pikiran dan temuan-temuan mereka.

Hal inilah yang menjadi kelebihan masyarakat Falmer  daripada masyarakat lainnya, sehingga negeri-negeri dibawah Skyrim akan selalu kalah karena selalu kekurangan orang-orang pintar.

Namun itu semua berubah saat invasi Manusia Atmora/Nord dan puncaknya pada tanggal 20 Evening Star 139 Era Pertama. Rombongan kaum Nord berjalan menyusuri hutan Riften tempat Katja dan kedua orang tuanya berada.

Salah satu pemimpin mereka, yang lain tak bukan adalah Harald memerintahkan 'pembersihan' terhadap kaum Falmer yang kini semakin terjepit posisinya.

Melandrach sang raja Fal Telin, sekaligus ayah dari Rynvenna, memerintahkan pasukannya untuk melindungi sisa-sisa penduduk Falmer disana. Diantara para penduduk bahkan berani mengungsi ke luar Skyrim agar para Nord tak dapat menjangkaunya.

Raja Melandrach tahu, bahwa bangsa Falmer tak dapat bertahan lebih lama lagi menghadapi genosida yang Nord lakukan selama ratusan tahun tersebut. Namun Ia dan pengikutnya harus mempertahankan Skyrim, setidaknya warga mereka dapat hidup dengan layak.


   Hari kiamat telah tiba bagi kaum Falmer. Rynvenna merasakan hawa dingin masuk kedalam batinnya. Dia memegang erat tombak yang ia sandarkan, agar bersiap-siap jika kaum Nord dan pemimpin mereka datang membawa petaka.

Jorgild yang seorang Nord, melihat pandangan tajam Rynvenna terhadapnya. Sedangkan Katja yang masih tertidur pulas mulai terbangun dan mendekati ayahnya.

Saat Katja hendak menyentuh kaki sang ayah, Rynvenna cepat-cepat menggendong Katja dan menjauhinya dari Jorgild.

Katja saat itu berkata, "Ibu aku mau bersama ayah".

Rynvenna menjawab, "Tidak untuk saat ini, putriku. Setidaknya sampai ayahmu dapat mengusir orang-orang jahat disana."

Jorgild mengambil kapak dan tamengnya yang tersandar di ujung mulut gua, dan sang ayah berjanji bahwa tak akan ada yang dapat melukai mereka berdua.

Namun keanehan diluar gua pun terjadi. Langit mendadak gelap dan bergemuruh, dan suara-suara lolongan dan auman dari makhluk-makhluk aneh menyelip keluar dari ranting pepohonan.

Jorgild, istri dan putrinya berjalan keluar dan melihat menara Fal Telin yang tinggi dari kejauhan itu meledak dan hancur berkeping-keping. 

Setelah itu dari hutan yang gelap pun bermunculan anjing-anjing berwarna hitam bagaikan bayangan dengan mata biru menyala-nyala. Mereka mencoba menyerang Katja namun berhasil dilumpuhkan oleh Jorgild satu persatu. Sementara Rynvenna berlari dan menyembunyikan Katja dalam sebuah peti berukuran besar yang tersimpan di ujung dalam gua yang mereka tinggali.

Katja menangis tak mau ditinggal sendiri, namun Rynvenna memeluknya dan mengusap pipinya yang basah oleh air mata, sambil ia berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

Snow Blood : Pray For The DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang