Empatpuluh Lima

1.3K 215 31
                                    


Note:

Sebelum baca ceritanya tolong baca ini dulu ya. Berhubung udah lama banget aku ga nulis cerita ini dan aku juga agak lupa alurnya udah sampai mana, jadi mohon pengertiannya nanti kalo ceritanya agak ga nyambung. Mau dibaca ulang, aduhhh serius deh ga punya waktu aku. Kalo kalian masih ada yang ingat apa yang aku lupa, tolong diigetin ya.

Terimakasih.

-Happy reading-

...

"Kakinya masih sakit?"

Mark mengangguk dengan meringis pelan menahan rasa perih sekaligus nyeri di kaki kirinya. Kakinya cidera setelah insiden tidak mengenakan tadi sore.

Melihat kondisi suami yang baru saja diserempet motor membuat Wendy merasa kasihan. Ia membuang napas, merasa tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Tidak ada yang bisa disalahkan disini. Ia ingin marah tapi tidak bisa marah. Ia hanya bisa bersyukur karena Mark tidak terluka begitu parah.

"Untungnya ada kamu, Jinyoung. Makasih ya udah anterin Mark pulang," ujar Wendy beralih menatap Jinyoung.  Pasalnya, Jinyoung lah yang mengantarkan Mark pulang saat kondisinya tidak memungkinkan untuk dia pulang sendiri.

Sementara Jinyoung hanya mengangguk seraya tersenyum tipis. Saat pulang kerja tadi tanpa sengaja mobilnya beriringan dengan mobil Mark. Ia melihat Mark berhenti saat ada beberapa remaja yang sepertinya anak geng motor menghalangi jalan. Tidak tau apa yang terjadi, saat Mark turun dari mobil dan berbicara pada remaja-remaja itu tiba-tiba Mark diserempet dan ditinggalkan begitu saja.

Untungnya ia melihat kejadian itu dan langsung menolong. Tadinya ia ingin mengejar remaja-remaja yang sudah menyebabkan Mark cidera untuk memberikan pelajaran. Tapi melihat kondisi Mark membuatnya mengurungkan niat dan memilih mengantarkannya pulang terlebih dahulu.

"Tapi kok bisa Ayah diserempet? Ayah nggak hati-hati ya?" tuding Eric yang sejak tadi tidak mau berdiri dari samping Ayahnya. Ia sangat cemas, tentu saja.

Mark melirik tajam Eric. "Ayah cuma negur mereka karna mereka halangin jalan, tapi mereka malah marah sama Ayah, jadi ya ginilah," sahutnya. "Anak geng motor emang suka nggak punya aturan."

Terdengar jelas nada kesal dari ucapan Mark barusan. Ia masih sangat marah saat mengingat kejadian tadi. Ia tak habis pikir para remaja tadi melakukan hal seperti ini padanya hanya karena ia menegur mereka yang jelas sudah melakukan kesalahan. Terlebih lagi ia adalah orang tua, tapi mereka sama sekali tidak menghormatinya dengan bersikap kurang ajar.

Seketika Eric langsung diam. Ia melirik ke arah Jeno yang hanya berdiri di ambang pintu kamar. Ia yakin setelah mendengar ucapan Ayahnya barusan akan sulit membuat sang Ayah mengerti. Ayahnya terlihat sangat marah dan bukan tidak mungkin pandangannya terhadap anak motor semakin buruk.

"Wen, kalo gitu aku pamit pulang dulu. Jisoo udah nungguin." Jinyoung berpamitan setelah beberapa saat hanya berdiam diri disana. Ia merasa urusannya sudah selesai, jadi ia harus pergi untuk membiarkan Mark istirahat.

"Sekali lagi makasih ya. Salam juga buat bumilnya," kata Wendy tersenyum. Tak bisa dipungkiri ia selalu merasa senang saat ingat kalau akhirnya Jisoo hamil.

Jinyoung ikut tersenyum, lalu menatap Mark. "Istirahat dulu aja, Mark. Jangan paksain banyak gerak," titahnya menasihati sebelum akhirnya ia berlalu pergi meninggalkan kediaman keluarga Tuan.

The Family Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang