Empatpuluh sembilan

1.1K 190 7
                                    


Happy reading

...


Jeno terbangun tepat ketika alarm ponsel yang sengaja ia pasang berbunyi. Cowok berbadan jangkung itu meraih ponselnya, mematikan bunyi berisik itu. Ia lihat jam yang tertera di layar ponsel menunjukkan pukul dua dini hari.

Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul penuh, Jeno beranjak dari kasur. Ia mengambil kantong plastik hitam besar yang ia letakkan di atas nakas. Selanjutnya ia berjalan keluar kamar.

Suasana rumah sudah sepi dan remang-remang. Seluruh penghuni rumah jelas sedang terlelap di alam bawah sadar mereka masing-masing. Di situasi ini Jeno akan mempersiapkan segalanya yang telah ia rancang.

Kaki jenjang cowok itu berjalan menuruni tangga. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara apapun yang bisa membangunkan orang rumah.

Ketika sampai di ruang tengah yang gelap, Jeno menyalakan lampu. Seketika itu ruang tengah langsung menjadi satu-satunya ruangan yang terang. Jeno langsung memulai aksinya tanpa babibu lagi.


"Heh, ngapain?"

Suara itu sukses menyentak Jeno, membuat cowok itu seketika menghentikan kegiatannya.

"Anjir, lo bikin kejutan buat Ayah tapi nggak ngajakin gue? Maksudnya apa nih?"

Eric berdiri berkacak pinggang. Mencebikan bibir kesal ke arah Jeno. Ia baru saja terbangun dari tidurnya. Niatnya ingin pergi ke dapur untuk mengambil minum, tapi malah melihat Jeno sedang sibuk di ruang tengah.

Ia tahu Jeno sedang membuat kejutan untuk Ayah mereka karena ia melihat ada kue tar di atas meja dengan tulisan yang bersangkutan dengan Ayah.

Mendengar celotehan Eric itu, Jeno hanya mendengus. Ia kembali melanjutkan kegiatannya. "Kan lo sendiri yang bilang kalo gue harus cepet baikan sama Ayah. Ini gue lagi berusaha," ujarnya.

"Ohh gitu.." Eric membulatkan bibir paham. Kemudian ia ikut duduk di samping Jeno, melihat apa yang sedang saudaranya itu buat. "Gue kira lo bikin kejutan buat Ayah nggak ngajak gue, biar lo sendiri yang dianggap anak berbakti," cetusnya bergurau.

Jeno melirik tajam. "Emang niatnya gitu."

"Kampret!"

"Gausah ngemeng, sini bantuin gue!"

"Bantuin apaan?" tanya Eric nampak antusias. Rasanya sudah lama sekali ia tidak membuat kejutan untuk Ayahnya. Karena beberapa tahun yang lalu, ada tragedi tidak mengenakan saat membuat kejutan ulang tahun untuk sang bunda.

"Bantuin hias kuenya."

Lantas tanpa bertanya apa-apa lagi, Eric langsung melaksanakan tugas. Sementara Eric menghias kue, Jeno sendiri menata hadiah yang sudah ia beli di atas meja dengan sedikit hiasan.

Dalam hati ia berharap Ayahnya akan menyukai hadiah tidak seberapa yang ia beli. Meski sederhana, tapi hadiah itu ia beli menggunakan uangnya sendiri hasil dari bekerja seharian di bengkel Jackson.

"Semoga Ayah suka."


🌻🌻

Youngjae terbangun karena ia harus pergi ke kamar mandi. Namun begitu ia menyelesaikan urusannya di kamar mandi, ia mendengar samar-samar suara orang mengobrol di luar. Kakinya yang akan berjalan ke arah ranjang, spontan berubah haluan menuju pintu kamar. Ia ingin memeriksa Bomin sedang bicara dengan siapa. Karena yang ia dengar hanya suara Bomin.

The Family Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang