Empatpuluh tujuh

1.2K 208 13
                                    


Happy reading

...

"Trus gimana keadaan Bonna sekarang?"

"Kata Papa tadi pagi panasnya udah mulai turun."

"Ya ampun kasihan banget adik kesayangan ku." Ryujin memasang wajah sendu. Ia benar-benar merasa menyesal saat tau kalau Bonna demam tinggi sampai harus dibawa ke rumah sakit.

"Mau jengukin Bonna deh nanti pas selesai kuliah," Ujarnya lagi.

"Tapi kata Papa nanti sore dia udah bisa dibawa pulang kok."

"Yaudah nanti sore kita jenguk Bonna di rumah," usul Shuhua. "Tapi harus janji nggak boleh berisik ya. Kasihan Bonna nanti istirahatnya keganggu."

"Bukannya elo yang suka berisik?" cetus Chani ke arah Shuhua.

Sontak Shuhua mendelik tajam. "Sembarangan! Hyunjin tuh yang mulutnya lebar! Nggak pernah bisa diem!" selorohnya yang malah menuding Hyunjin.

Cowok pemilik bibir tebal itu sedari tadi nampak tenang di pojok meja menikmati sepiring siomay yang ditraktir oleh Eric.

"Gue diem ya, bisa-bisanya gue tetep kena," pungkasnya tidak terima.

"Diem kalo lagi makan doang!" timpal Yeji diakhiri kekehan singkatnya. Membuat matanya yang sipit hanya tinggal segaris.

"Katanya Sunwoo udah berangkat kuliah, kok gue belom lihat dia?" tanya Bomin mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Shuhua mengambil sesuap baksonya sebelum menjawab pertanyaan itu. "Dia pamit ke kamar mandi tadi."

"Kamar mandi lama banget, kencing batu?" celetuk Jeno seenaknya.

"Nanti juga ke sini."

Tak lama orang yang dicari itu muncul dari arah pintu masuk kantin. Tapi ia tidak sendiri, ada Lia yang berjalan disisinya membantu dia berjalan.

"Lah, kenapa lo? Gue kira udah bisa jalan sendiri?" seru Hyunjin begitu melihat kedatangan Sunwoo bersama saudara perempuannya.

"Bisa kok. Cuma tadi tiba-tiba kaki gue sakit, kebetulan ketemu Lia di jalan. Yaudah sekalian gue ajak kesini," jelas Sunwoo. Mengambil duduk di antara Jeno dan Eric yang masih kosong.

Sementara itu Lia duduk di samping Shuhua, berseberangan dengan Jeno.

"Lo pulang kapan, Lii?" tanya Shuhua.

"Tadi malem."

Setelahnya tidak ada lagi yang bertanya. Mereka semua diam dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang masih melanjutkan makan mereka, ada juga yang sibuk dengan ponselnya.

Tidak ada yang menyadari kalau salah satu dari mereka ada yang perasaannya sedang tertekan.

🌻🌻



Bola mata hitam Jeno melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul empat sore. Masih ada urusan yang ingin dia lakukan setelah menyelesaikan kuliahnya.

The Family Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang