Duapuluh

2.1K 351 20
                                    


•Happy Reading•

🌻🌻

Masih di hujan yang sama. Suasana berbeda terasa di rumah bergaya modern dengan dominan warna putih dan coklat. Rumah tersebut terasa sepi meski semua penghuninya sedang berada di rumah. Derasnya hujan di luar seolah membuat mereka lebih nyaman berada di kamar masing-masing dari pada berkumpul mengobrol di ruang tengah.

Namun satu orang nampak sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Laki-laki berbadan jangkung dengan rambut hitam lebatnya sedang berkutik di dapur. Dia sedang membuat teh hangat di dalam cangkir.

Begitu selesai dengan kegiatannya, laki-laki itu melangkah keluar meninggalkan dapur seraya membawa cangkir berisi teh yang baru dia buat. Kaki jenjangnya membawa badan tegap itu berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.
Dia berhenti ketika pijakannya telah sampai di depan pintu kayu berwarna coklat yang permukaannya di penuhi dengan stiker.

Menarik napas panjang kemudian menghelanya, seketika perkataan Jisoo kemarin terngiang di kepala ketika perasaan ragu mulai merambat. Haruskah dia mengetuk pintu? Tapi kenapa tangannya sulit sekali bergerak.

Untuk yang kedua kalinya dia menghela napas panjang. Mentra coklat gelap itu menatap cangkir yang dia bawa masih mengepulkan asap panas. Dia sudah membuat ini, tidak mungkin dia akan menyia-nyiakannya.

Dengan keyakinan seujung kuku, tangannya bergerak mengetuk pintu tersebut. Bibirnya mengulum, harap-harap cemas menunggu respon dari seseorang yang ada di dalam.

Sekali lagi dia mengetuk pintu. Namun mulutnya sama sekali tidak berniat untuk bersuara memanggil sang pemilik kamar.

Sementara itu di dalam, seorang cowok berambut pirang sedikit panjang tengah tidur telungkup dengan kedua telinga yang tersumpal earphone. Kedua tangannya bertumpu di atas bantal seraya memainkan benda pipih canggih. Bisingnya suara hujan di luar sama sekali tidak mengganggu aktifitas cowok itu. Dia nampak begitu asik. Ibu jari kanannya menggeser-geser layar ponsel. Bibirnya sesekali bergerak ikut mengalunkan lagu yang terputar melalui earphone.

Kenyamanan itu seketika langsung buyar ketika seruan dari luar kamar ikut menyeruak ke indra pendengaran. Dia berdecak pelan. Menoleh ke arah pintu kamar yang digedor-gedor dari luar.

"Hyunjin, lo di dalem 'kan? Buka pintunya!!"

Dengusan kasar keluar dari deru napas Hyunjin yang beraturan. Cowok itu bangun dengan malas dari posisinya. Tangannya melepas earphone yang menyumpal di kedua telinga.

"Apaan?!" sahutnya dari dalam dengan sedikit berteriak. Karena kalau tidak, suaranya tidak akan terdengar karena teredam suara hujan.

"Buka pintunya! Gue mau masuk!"

Lagi-lagi Hyunjin mendengus. Lia memang orang yang paling bisa mengganggu disetiap kenyamanannya. Seperti sekarang ini contohnya. Menggedor-gedor pintu kamar orang dengan brutal adalah hobi gadis itu.

Tak ingin membuat keributan, Hyunjin bergerak turun dari tempat tidur. Berjalan malas ke arah pintu untuk membukanya.

"Hobi banget berisik di kaㅡ"

Seketika Hyunjin memotong kalimatnya sendiri begitu dia membuka pintu namun yang dia lihat bukanlah Lia melainkan sosok lain. Tiba-tiba dia tertegun dengan tangan kanan yang masih memegang gagang pintu. Menatap sedikit terkejut pada orang yang berdiri di hadapannya.

The Family Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang