•Four•

977 178 15
                                    

•🌻•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•🌻•

-Happy Reading-

×××

Begitu selesai memarkirkan mobilnya ke garasi, Youngjae berjalan masuk ke dalam rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, ia baru pulang kerja.

Baru saja akan membuka pintu, pintu tersebut lebih dulu dibuka dari dalam. Muncul sosok Bomin berpakaian rapi seperti akan pergi.

"Bomin, mau kemana?" Youngjae menatap heran. Tidak biasanya Bomin pergi malam-malam seperti ini. Tapi beberapa hari terakhir anaknya itu selalu bepergian.

"Mau ketemu temen bentar, Pah."

Setelah menjawab singkat, Bomin langsung melenggang pergi begitu saja. Cowok berbadan jangkung itu nampak terburu-buru.

"Pulangnya jangan kemaleman!!" seru Youngjae saat Bomin baru saja akan melesat pergi dengan motornya.

Motor ninja hitam Bomin membelah jalanan ibu kota pada malam hari yang sedang tidak ramai ini. Bomin yang terburu-buru segera mempercepat laju motornya. Ia tidak ingin terlambat sedetik saja karena takut sesuatu yang tidak inginkan bisa saja terjadi.

Saat motornya mulai melewati jalanan kecil dan sepi, Bomin memperlambat laju motornya. Motornya menyusuri jalan perumahan sederhana yang ada di pinggir kota. Sampai di ujung jalan, tepat di depan pagar sebuah rumah bernuansa krem, Bomin menghentikan motornya.

Tanpa menunggu lama, cowok berbadan jangkung itu segera masuk ke dalam. Ia membuka pintu rumah tanpa mengetuk ataupun permisi seolah itu adalah rumahnya.

"Yena! Lo nggak pa-pa 'kan?!"

Bomin berseru panik begitu melihat seorang gadis seumurannya berbaring kesakitan di atas sofa ruang tengah. Bomin langsung berjongkok di samping sofa. Menatap cemas gadis yang sudah di penuhi keringat itu.

"Bomin.. perut ku kram.. sakit banget.."

Gadis yang Bomin panggil Yena itu meringis kesakitan. Kedua tangannya memegangi perutnya yang sedikit besar.

"Kita ke rumah sakit ya, gue panggil taxi dulu."

Yena hanya memberikan anggukan kecil. Rasa sakit di perutnya lebih tidak bisa ditoleransi. Ia bahkan sudah penuh basah dengan keringat hanya karena menahan rasa sakit itu.

Di tengah situasi yang membuatnya kesakitan itu, Yena melirik ke arah Bomin yang nampak sedang menelepon seseorang dengan panik. Dalam hatinya merasa sangat bersyukur ada Bomin di sampingnya.

The Family Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang