Udara yang sejuk disore hari, juga air hujan yang menyiprat membasahi jendela balkon kamar Ara dan Alex membuat suasana hati Ara semakin abu-abu. Ibu dari 3 anak itu terlihat diam menatap keluar sembari memeluk kedua lututnya di atas sebuah sofa yang hangat.
Rumah baru, suasana baru juga Negara baru. Satu bulan sejak Arthur keluar dari rumah sakit, mereka langsung mengurus perpindahan ke Boston, Amerika Serikat.
Dan hari ini adalah hari ke-14 mereka tinggal di sebuah kota yang termasuk Ibu kota terbesar di sana."Yaang, Alessia tidur?" Tanya Alex yang baru saja masuk ke dalam kamar setelah dari ruang kerja untuk menyelesaikan beberapa berkas kecil.
Ara melirik Box bayi tempat tidur Alessia yang berada di samping tempat tidur.
"Iya, jangan digangguin, kasian baru tidur." Jawab Ara dan kembali menatap butiran air hujan yang jatuh membasahi bumi.
Alex menatap Ara dari tempatnya yang sedang duduk di tepi tempat tidur.
"Are you okay?" Tanyanya.
Ara menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Aku masih kepikiran anak-anak. Untuk sementara, Arthur harus pakai kursi roda dengan selang oksigennya. Minggu depan dia harus terapi. Kasian banget gak sih, anak sekecil Arthur harus sakit separah ini. Padahal aku udah berusaha sebaik mungkin merawat anak-anak aku..." Ucap Ara yang terlihat hilang harapan.
Alex berjalan menghampiri istri satu-satunya yang sangat ia cintai itu, kemudian duduk di sampingnya.
"Tapi di sini udah ketahuan pengobatan apa yang harus Arthur jalani. Dan ini semua buat kesembuhannya sayang," ucap Alex seraya menggenggam tangan Ara.
"Alex, aku baca di artikel kalau penderita CF itu hidupnya cuma sampai sekitaran 30 sampai--"
"Berhenti baca-baca hal kayak gitu. Harusnya sebagai Ibu, kamu itu mikir yang baik-baik dong. Semangatin anaknya, bukan malah jadi kamu yang terpuruk. Arthur aja masih bisa main-main loh sama Arsen." Heran Alex karena Ara selalu mencari hal yang menyakiti dan menakuti dirinya sendiri.
Ara menarik nafas dan mengangguk pasti. "I'm sorry..."
"Mending kamu fokus untuk adaptasi, bantu anak-anak juga supaya betah tinggal di sini. Apalagi Arsen, dia masih rewel minta-minta pulang ke Indo." Ucap Alex sembari mencium pelipis Ara.
Ara kembali mengangguk. "Iya..."
Lalu tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu.
Tok... Tok... Tok...!!
"Mamah!"
Itu suara Arsen.
"Masuk sayang!" Sahut Ara.
Kemudian muncullah putra tampannya.
"Aku boleh main di halaman depan gak? Mau hujan-hujanan." Ijinnya.
Alex menggelengkan kepalanya.
"Gak boleh, nanti masuk angin. Mending nonton TV atau main sama Bibi, kemarin kan Papah beliin kamu mobil yang pake remote control." Ucap Alex.
Ara mengangguk setuju. "Main di dalam rumah dulu yah, kamu--"
"Maaah, come on..." Rengek Arsen kecil.
"Arthur mana?" Tanya Alex.
"Dia lagi menggambar," jawab Arsen.
"Tuh, mending gambar aja sama Arthur."
Arsen mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur.
"Bosen Pah... Aku mau main bola sambil hujan-hujanan." Ucap Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...