Sepulang dari sekolah, Arsen dan Arthur terlihat sangat kelelahan sampai akhirnya mereka tertidur di atas sofa. Ara mengusap kedua putranya dan tersenyum.
"Pokoknya nanti kamu harus dateng nonton penampilan anak-anak," ucap Ara pada Alex yang sedang bermain game di ponselnya.
"Iya, sayang iyaaa..." Sahut Alex. "Kapan acaranya?"
"3 bulan lagi, penutupan tahun ajaran sekarang."
Alex mengernyit ditengah permainannya. "Cek deh jadwal lahiran kamu, kamu harus stay di rumah sakit dari seminggu sebelumnya."
Ara baru teringat akan hal itu. "Iya ya, aku lupa 3 bulan lagi aku lahiran."
"Emh... Lex, kalau aku masih bisa ngelahirin normal ya aku akan berusaha."
Alex langsung menatap Ara dan menyimpan ponselnya. "Yaang, kita ikutin anjuran dokter, okay?"
Ara mengangguk paham. "Iya..." Sahut Ara.
Alex menggeser posisi duduknya agar lebih rapat dengan Ara. Kemudian merangkul Ara.
"Yaang, bayangin deh bakalan kayak apa sayangnya si kembar sama adeknya. Di jaga banget pasti, kayak aku jagain kamu."
"Hn? Ah jangan kayak kamu, kasian anaknya nanti. Kamu over protective, kalau ada kata yang lebih dari itu, aku akan pake itu. Aish..." Protes Ara.
Alex menyipitkan matanya. "Ya! Tapi buktinya kamu selalu aman sama aku kan? Dih, gitu dari dulu dikasih perhatian bilangnya ngekang... Dasar aneh."
Ara meraih bantalan sofa dan memukul wajah Alex dengan itu. "Aneh! Hah! Kamu yang aneh, emang ngekang kok."
"Ya ampun, aku gak pernah ngekang kamu yah!"
"Tukang banding-bandingin orang!" Sahut Ara.
"Dih, kamunya aja yang keras kepala jadi harus dikasih contoh biar nurut..." Balas Alex kembali.
Ara memberengut kesal. "Kamu yang egois, pokoknya aku benci sama kamu!!"
Alex terkekeh pelan. "Benci tapi seneng aku hamilin, udah mau tiga nih... Pfttt..."
"Alex ih!"
Alex tertawa seraya membawa Ara ke dalam pelukannya. "Istriku... I'm so in love with you, gak nyangka ucapan aku dulu bener."
Ara membalas pelukan Alex, pelukan itu tetap terasa nyaman walau terhalang oleh bayi dalam perutnya.
"Ucapan yang mana?"
"You're mine, selamanya. Kata terpaksa, lambat laun akan menjadi terbiasa." Ucap Alex mengingat kembali kalimat yang ia gunakan untuk mendapatkan Ara.
Ara tersenyum dalam diam. "Aku juga gak nyangka kalau aku bisa cinta sama kamu, bahkan sampe punya anak..."
Alex mengecup kening Ara. "Itu karena kegigihan aku. Setiap kali kamu minta putus, pisah, jauh dari aku, aku selalu berusaha bikin kamu tetap stay di samping aku."
Ara mengangguk setuju. "Emh, makasih karena kamu udah nerima aku apa adanya..."
"No, aku yang makasih..."
"Emh... Sayang Alex," rengek Ara.
"Sayang sih sayang... Tapi tangannya jangan masuk ke kaos aku..." Ucap Alex.
"Protes tapi gak diberhentiin, suka bilang boss!"
Alex terkekeh pelan. "Kiss me."
Ara melepaskan pelukannya dan mengangguk. "I'm yours."
Alex memegang tengkuk Ara dengan lembut. Dengan perlahan ia memajukan wajahnya, membuat Ara refleks memejamkan mata.
Ara tersenyum ketika bibir mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
DiversosKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...