Raut wajah tegang tercetak jelas pada wajah keduanya. Alex dan Ara, mereka tengah duduk dengan harap-harap cemas menunggu Dokter yang sedang mengambil hasil tes dari Arthur."Tenang..." Ucap Alex.
"Kamu nyuruh aku tenang tapi kamu sendiri kayak orang sakit, pucet gitu." Sahut Ara.
Lalu Dokter pun kembali ke ruangan dengan sebuah amplop cokelat di tangan.
"Pak, Bu... Sebenarnya, maaf begini, Ibu sama Bapak harus percaya bahwa setiap hal ada jalan keluarnya atas persetujuan Tuhan yang maha esa--"
"Tolong jangan menakut-nakuti kami." Tekan Alex tidak suka.
Dokter tersebut mengangguk paham dan memberikan amplop tersebut pada Alex dan juga Ara. Mereka langsung saja membukanya.
"Cystic Fibrosis?" Heran Alex bergumam. "Apa, apa maksudnya?" Lanjutnya.
Dokter itu terlihat mengambil sebuah catatan yang merupakan salinan dari hasil tes tersebut.
"Cystic Fibrosis atau CF itu sebuah penyakit yang menyerang saluran pernafasan," ucap Dokter tersebut.
Ara dan Alex masih terdiam menunggu penjelasan lanjutannya dengan raut wajah yang semakin menunjukkan sebuah kekhawatiran. "Gejala yang Arthur alami cocok dengan gejala penderita CF. Batuk berkepanjangan dan lendir yang tidak normal. Kami sudah melakukan tes pada Arthur waktu pertemuan awal kita bukan?"
Alex mengangguk pelan.
"Kami sudah melakukan CT Scan, pemeriksaan tenggorokan dan analisis lainnya. Dan semua tes itu menunjukan bahwa Arthur positif mengidap Cystic Fibrosis."
"Apa itu penyakit yang berbahaya?"
Dokter terlihat menunduk lemah, "Hanya beberapa persen dari dunia ini yang mengalami CF. Bahkan hanya ada 2 pasien yang terdiagnosa menderita CF di rumah sakit kami."
Deg.
Ara masih diam. Otaknya masih mencerna setiap kata yang Dokter ucapkan mengenai putra kecilnya. Sedangkan Alex, kepanikan terlihat jelas dari raut wajah dan gerak-gerik lengannya.
Melihat Ara yang masih terdiam tanpa memberikan ekspresi apapun, Dokter tersebut mengambil tablet miliknya dan menunjukan sebuah gambar paru-paru.
"Ini paru-paru normal. Dan ini paru-paru yang terdiagnosa mengidap Cystic Fibrosis."
Mata Ara membulat sempurna. Matanya seketika memanas menahan air mata. Tangannya bergetar, nafasnya mulai tidak teratur.
Dan,BRUGH
Ara jatuh pingsan tanpa sempat Alex tahan. Dengan cepat Alex meraih tubuh Ara dan membawanya ke salah satu ruangan sesuai dengan arahan perawat yang ada di sana.
"Tolong periksa istri saya." Ucapnya.
Alex kembali menemui Dokter yang menangani pemeriksaan Arthur untuk memperjelas semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...