Siang ini Bi Dijah sedang sibuk di bantu oleh dua orang asisten rumah tangga harian yang Alex sewa sedang menyiapkan berbagai macam hidangan, dari hidangan pokok sampai dessert dan minuman dengan berbagai jenis.
Hari ini Alex akan mengadakan pertemuan ringan dengan berbagai rekan bisnisnya yang ikut andil dalam proyek 'London' proyek yang di awali bersama Rose, kemudian mereka berdua memutuskan untuk melebarkannya lagi dengan mengajak beberapa perusahaan besar. Begitupun perusahaan keluarga Ali yang berada di timur sana.
Alex ingin mengadakan acara makan-makan tersebut saat malam. Namun apa daya, ia tidak ingin membuat istrinya yang sedang mengandung terganggu jam istirahatnya hanya karena dirinya dan teman-teman lainnya.
"Yaang, ini beneran gak pa-pa?" Tanya Alex.
Ara yang baru saja duduk di sofa mengangguk sebagai jawaban. "Iya gak pa-pa. Lagian biasanya juga bikin acara kayak gini di kantor, sama pegawai yang tiba-tiba pakai pakaian seksi." Ucap Ara.
"Tapi kan aku selalu bawa kamu, iya gak?"
"Iya iya..." Alex langsung memeluk Ara dan menciumnya penuh cinta.
"Sayang Ara banyak-banyak."
"Haruslah. Cuma aku yang bisa tahan sama kamu." Alex terkekeh pelan dan mengangguk setuju.
Alex berlalu menaiki anak tangga untuk mengecek kedua putranya yang ternyata sudah bersiap dengan pakaian barunya.
"Udah pada ganteng aja nih anak Papah," ucap Alex.
Arsen dan Arthur yang sedang asik memainkan mobil-mobilan beralih menatap sang Ayah.
"Udah dong, kan di bantuin Mamah." Jawab Arsen.
Arthur berjalan ke arah Alex yang duduk di tepi tempat tidur Arthur. "Pah, nanti bakalan banyak anak-anak gak?"
"Gak tahu sayang, kayaknya gak bakalan banyak banget deh. Soalnya yang datengnya sedikit. Nanti kalau Papah atau Kakek ada acara yang lebih besar, Papah kasih tahu kamu. Okay?"
Arthur mengangguk paham. "Apa Arsen boleh ngajak Jimmy sama adeknya dateng terus main bareng sama kita?"
"Iya Pah, boleh yah? Mereka pasti seneng bisa main ke sini,"
"Boleh dong, ajak aja." Ucap Alex seraya menguyel pipi Arthur dengan gemas.
Arthur terlihat sangat senang, ia langsung menghampiri Arsen dan menariknya untuk berdiri.
"Mau ke mana?" Tanya Arsen.
"Kita ke rumahnya Jimmy sama adeknya, ayo... Kamu udah main sama mereka, aku kan belum." Jawab Arthur.
Alex berdiri dari duduknya dan menuntun kedua putranya untuk keluar dari dalam kamar.
"Terserah kalian mau ajak siapa, yang pasti kalian harus hati-hati. Jangan bikin Papah sama Mamah khawatir, apalagi Mamah, setuju?" Arsen dan Arthur mengangguk setuju.
Setelah meminta ijin pada Ara, Arsen dan Arthur pun pergi ke rumah yang berhadapan persis dengan mereka. Arthur menjadi yang paling senang, mungkin hanya dia anak kecil yang suka anak kecil. Entahlah, mungkin karena Arthur akan memiliki adik.
Alex yang sedang menonton TV tersadar akibat bel rumah mereka yang ditekan. Ia langsung melirik jam di dinding rumahnya.
"Yaang, udah pukul 1. Itu pasti mereka."
Ara pun berjalan untuk membukakan pintu, dengan Alex yang merangkul pinggangnya yang tidak selangsing dahulu.
"Halo, selamat datang..." Sapa Ara pada sepasang suami istri di hadapannya. Ara tidak mengenalnya, tapi Alex terlihat sangat ramah pada si pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...