Sejak Arsen berkunjung, Arthur terus merengek ingin pulang. Hal itu membuat Alex berbicara pada Dokter untuk meminta ijin agar Arthur bisa berobat jalan. Karena hampir sepanjang hari Arthur terlihat murung dan selalu merengek pulang dengan alasan bahwa dirinya sudah tidak sakit lagi."Mah, Althul itu sakit apa? Kenapa gak pulang-pulang?" Tanyanya dengan tatapan sedihnya.
Ara terlihat bingung mencari jawaban, jika ia menjawab jujur maka Arthur akan semakin bertanya-tanya dan Ara pasti akan kesulitan untuk mencari jawaban yang tidak menyakitkan untuk putra kecilnya.
"Papah lagi bicara sama Dokter, Mamah yakin kalau kamu akan dibolehin pulang..."
Arthur tersenyum dan melupakan pertanyaannya.
Ceklek.
"Gimana Lex?" Tanya Ara.
Alex mengangguk seraya memangku Arthur. "Kamu boleh pulang sayang, tapi dengan satu syarat, kamu gak boleh telat makan obat, okay?"
Arthur mengangguk dengan semangat. "Yeaaay! Okay, Papah..."
"Beneran udah dibolehin pulang?" Tanya Ara memastikan.
"Iya, yaang. Aku udah minta Dokter buat nyiapin perawat yang akan dateng buat bantu Arthur kalau lendirnya harus dikeluarin lagi," jawab Alex.
"Pulangnya kapan?" Tanya Ara.
"Kamu beresin aja sekarang, sore nanti kita pulang." Ucap Alex yang kemudian membawa Arthur menuju Balkon ruang rawatnya.
Kabar itu benar-benar membuat Arthur bahagia, apalagi Ara, dengan mendengar kabar itu, secara tidak langsung Dokter memberitahu jika Arthur sudah mengalami perubahan kesehatan ke arah yang lebih baik.
Ara memberikan Arthur kepada Alex, kemudian ia meraih koper yang mereka bawa saat pertama kali datang untuk membereskan semua pakaian dan beberapa barang milik putra kecil mereka."Papah, nanti kita beli dulu hadiah buat Arsen yah..."
"Okay, ini..." Alex mengeluarkan ponselnya. "Kamu pilih hadiahnya, nanti biar temen Papah yang nyari..." Ucapnya.
Arthur meraih ponselnya dan mulai mencari-cari mainan yang dirasa akan Arsen sukai.
"Lex, nanti beli makanan juga yah. Abis itu kamu bagiin," ujar Ara.
"Hn? Heem."
"Terus nanti minta orang buat beresin ruangan ini,"
"Heem."
Ara yang tengah merapihkan pakaian ke dalam koper seketika menghentikan kegiatannya. Ia mengernyit heran karena sedari tadi Alex hanya bergumam untuk menyahuti setiap kalimatnya. Ia pun memutar tubuhnya dan mendapati Alex yang sudah setengah terlelap dengan Arthur yang sibuk menatap layar ponsel seraya bersandar di dada bidang Ayahnya yang masih memakai jas dengan dasinya pula.
Ara tersenyum lembut melihat pemandangan itu. Ia tidak menyangka jika Alex benar-benar menjadi Ayah dan suami yang siap siaga. Ia tidak pernah membayangkan dan mengharapkan hal lebih ketika Alex meminangnya, tapi ternyata Alex benar-benar dapat di andalkan sepenuhnya. Ia tahu kewajibannya.
"So cute." Gumamnya yang kemudian kembali melanjutkan kegiatannya merapihkan barang yang hendak di bawa pulang.
"Papah, beli ini aja..." Ucap Arthur seraya menepuk-nepuk lengan Alex yang melingkari perutnya.
"Hn? Kenapa dek?" Alex mengusap wajahnya dan mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegap.
"Beli ini aja, botol minum. Gimana?"
Alex menganggukkan kepalanya setuju seraya mengambil ponselnya kembali. "Sini HP-nya Papah pinjem dulu, biar temen Papah bisa langsung beliin."
Arthur tersenyum, kemudian lelaki kecil itu memainkan dasi Ayahnya dengan lucu. Dan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
DiversosKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...