36.

4.1K 370 21
                                    

Ara tersenyum mengamati kedua putra kecilnya yang sedang serius mengerjakan tugas sekolahnya setelah semuanya melangsungkan makan malam, dengan Alex yang sibuk mengerjakan sisa pekerjaan di layar laptopnya. Ara bahkan merasa laptop itu bukanlah benda, melainkan istri kedua suaminya.

"Papah, aku gak ngerti soal yang ini. Can you help me?" Ucap Arthur.

Alex menghentikan pekerjaannya sejenak dan meraih buku milik putra kecilnya itu.

"Jawabannya C." Jawab Alex. Arthur mengangguk dan kembali duduk di samping Arsen. Mereka berdua mengerjakan tugasnya dengan duduk lesehan di atas karpet hangat, sedangkan Alex duduk di atas sofa dengan laptop di atas meja yang sama dengan kedua putranya.

Ara beringsut turun dari atas sofa agar lebih dekat dengan kedua putra kecilnya itu.

"Sini Mamah jelasin caranya," ucap Ara dan ia pun menjelaskan jawaban yang Alex beritahukan.

Setelah itu ia kembali duduk di atas sofa dengan hati-hati karena perutnya sudah semakin membesar, hanya tinggal menunggu 4 bulan lagi menuju persalinan.

"Lain kali, kalau anak minta bantuan, jelasin caranya juga, jangan isinya doang. Ngerti?" Ucap Ara pada Alex yang tengah menutup laptopnya.

"Kali ini doang, aku kan tadi lagi kerja." Ujar Alex. "Lain kali kalau ada tugas kerjainnya sepulang sekolah atau sore, kasian kan mereka harus nunggu makan malam dulu, pasti ngantuk tuh." Sambungnya.

"Tuh kan, liat Arsen!" Ujar Alex seraya menunjuk Arsen yang sudah tertidur di atas meja.

"Jangan tuh-tuh doang! Angkat, bawa ke kamar. Gak biasanya jam segini udah tidur,"

Alex meraih tubuh Arsen dan membawanya menuju kamar mereka di lantai atas sana.

"Arthur udah selesai?" Tanya Ara.

"Udah," jawabnya. "Eh iya Mah, kata Ibu guru, sebelum libur sekolah nanti, akan ada study tour."

"Oh ya? Ke mana?" Tanya Ara seraya mengusap rambut Arthur yang kini berbaring berbantalkan pangkuannya.

"Ke kebun Binatang, abis itu katanya mau berenang ke taman air. Airnya anget gak yah? Kalau dingin mending berenang di rumah aja, nanti Ibu guru bayar ke Mamah." Ucap Arthur.

Ara terkekeh pelan mendengar kalimat polos dari putra kecilnya.

"Kenapa harus bayar coba? Kan yang berenang temen Arthur sama Arsen."

"Buat Mamah belanja, biar Papah gak sibuk kerja, biar bisa nemenin Mamah terus di rumah. Biar Papah bantuin Arthur ngerjain PR, kalau Arthur gak ngerti." Jawab Arthur.

Ara tersenyum paham, kemudian melirik Alex yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

"Emang Papah sibuk terus yah?" Tanya Alex seraya mencium kening putra kecilnya itu. "Heum?"

Arthur terkekeh malu, "hehe, enggak kok... Arthur cuma bercanda," jawabnya.

Alex kini duduk di samping Ara dengan kaki Arthur di atas pangkuannya.
Tangan kecil Arthur meraba perut bundar sang Ibunda dan menciumnya dengan hati-hati.

"Semoga adek Arthur sama Arsen itu perempuan yang cantik, biar Mamah ada temennya." Ucapnya dan terkekeh gemas, begitupun dengan Alex dan Ara.

"Kalau bukan perempuan?" Tanya Alex.

"Gak pa-pa, we'll love him and take care of him kok, tapi kalau perempuan, Arthur bakalan jagaaain dia kayak Papah jagain Mamah..." Jawabnya.

"So sweet..." Ucap Ara seraya mengacak rambut putranya itu dengan gemas.

Story Of Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang