Ara terlihat menahan tawanya dengan susah payah, melihat Alex yang sedang berdiri di depan cermin. Begitupun dengan Alex, ia tertawa namun juga terdengar ingin menangis. Ia berkali-kali melirik Ara dan pantulan dirinya di cermin, akhirnya Ara pun tertawa melihat ekspresi sang suami yang terlihat berat hati.
Saat ini Alex tengah mengenakan kostum kelinci berwarna abu-abu. Dan itu membuatnya terlihat sangat lucu.
"Yaang, ini seriusan jemput anak-anak pake kostum ini?" Tanya Alex yang berharap Ara menjawab tidak.
Ara langsung mencium bibir Alex sekilas dan mencubit pipi suaminya itu dengan gemas.
"Ngakak banget aku, lucu hahaha..."
Alex memasang ekspresi memelasnya. "Tapi di sana bakalan banyak orang tua murid juga, malu dong... Badan udah bagus, wajah ganteng sayang loh kalau gak di sombongin."
"Dih, PD banget pfft... Percuma juga ganteng, kalau aku ikut gak bakalan pada berani deketin kamu. Lagian wajah kayak hardisk aja sok ganteng,"
"Ya allah mulut istriku jahat banget..."
Ara kembali tertawa. Ia terus menatap Alex yang terlihat mengemaskan dalam balutan kostum kelinci itu.
Bukan tanpa alasan, beberapa jam yang lalu Ibu Ara mengirimkan video si kembar yang sedang bermain bersama banyak kelinci dan mengatakan bahwa mereka sangat menyukainya. Ara hanya ingin membuat surprise agar kedua anaknya merasa senang.
"Kenapa study tournya harus ke kebun binatang..." Ucap Alex yang sudah pasrah dengan permintaan sang istri.
Ara benar-benar tidak menghilangkan senyumannya dan hal itu membuat hati Alex menghangat. Salah satu senyum favorit di dunia setelah kedua putranya ya, Ara.
Drrt... Drrt...
Alex berjalan ke arah meja dan meraih ponselnya.
"Siapa yang nelpon?" Tanya Ara seraya melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Alex memperlihatkan layar ponselnya. "Ali." Ucapnya. "Aku angkat dulu,"
Alex berlalu keluar dari kamar.
"Halo?"
"Di NY City katanya ada rumah sakit yang emang khusus menangani CF,"
Alex terdiam, "Lo yakin?"
"Lex, bukannya gue mau mengecilkan harapan kalian, tapi kebanyakan yang sembuh itu emang harus ada donor paru-paru."
"Li, anak gue gak bisa. Harus nunggu nanti. Kalau bisa sekarang udah gue usahain cari donor." Alex mengusap wajahnya bingung.
"Gue tahu,"
"Anak gue masih bisa sembuh, keadaannya gak seburuk yang siapa pun bayangin. Thanks infonya." Ucap Alex.
Setelah menutup sambungan telponnya, Alex kembali masuk ke dalam kamar. Ia berjalan menghampiri Ara yang sedang memakai sneakers. Ia tidak berani memakai heels selama kehamilan, baik yang sekarang ataupun pada saat si kembar.
"Yaang, udah selesai?"
"Udah, ayo!" Ara langsung menggandeng lengan Alex dan mereka pun berjalan beriringan dengan Alex yang memakai kostum kelinci.
"Anget yah, yaang?" Ara mengangguk.
"Bulunya halus, bayangin deh anak-anak pasti seneng banget..." Ucap Ara tersenyum membayangkan betapa senangnya si kembar.
Alex ikut tersenyum senang melihatnya.
"BTW udah akur nih sama Ali?" Goda Ara yang kini berdiri di samping mobil menunggu Alex membukakan pintu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...