35.

3.5K 385 19
                                    

Semoga sukaaa...

Alex terlihat asik memainkan ponselnya, padahal Ara sudah memintanya untuk menemani kedua putranya bermain selama dirinya mandi. Alex rasa anak-anak akan aman selama bermain di sekitarnya dan juga di dalam rumah, jadi dirinya bisa memainkan game yang beberapa hari ini dimainkannya saat ada waktu luang. Terlebih lagi ia masih merasa kesal kepada Ara tentang pertanyaan mengenai 'pertemuan' tadi.

"Papah, ini hewan apa?" Tanya Arthur seraya menunjukan gambar buatan Arsen.

Alex meliriknya sekilas. "Itu ayam,"

"Ish, Papah! Itu gajah!" Protes Arsen, si pembuatnya.

Alex terkekeh pelan tanpa mengalihkan pandangannya. "Pfft... Gajah kok kakinya kayak Ayam, patah dong Kak..."

"Hahaha, gambarnya jelek." Tawa Arthur.

Arsen merebut buku gambar miliknya dari tangan Arthur yang memang lebih mahir dalam hal menggambar.

"Papah gak bilang jelek, wlee!" Sahut Arsen.

"Secara gak langsung Papah bilang jelek! Iya, kan Pah?"

Alex yang sedang fokus bermain game online hanya mengangguk sebagai jawaban tanpa mendengar jelas pertanyaannya.

Arsen terlihat marah dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Yeee marah... Nangis hayooo nangis..." Goda Arthur seraya memamerkan gambar buatannya yang lebih mending di banding Arsen.

Mata Arsen mulai berair dan di detik kemudian ia menangis tanpa suara dengan menutupi wajahnya.

"Yah beneran nangis..." Ucap Arthur seraya menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan saudara kembarnya itu.

Arthur merangkul bahu Arsen dan menepuknya pelan. "Jangan nangis dong, aku bercanda doang... Gambar kamu bagus kok."

"Arsen udah dong, jangan nangis... Nanti Mamah marahin aku..." Mohon Arthur agar saudaranya itu berhenti untuk menangis.

Benar saja, Ara terlihat berjalan ke arah mereka, sedangkan Alex, ia terlihat fokus pada ponsel dengan earphone di telinganya.

Ara mengernyit heran melihat Arsen yang menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan Arthur yang memeluknya.

"Arsen, kamu kenapa?" Tanyanya seraya mengusap rambut putra kecilnya itu dengan lembut.

Arsen malah menggelengkan kepalanya.

"Arthur, Arsennya kenapa? Kok nangis?" Arthur hanya diam dengan cengiran.

"Kalian gak berantem kan? Arsen, jawab nak..."

Arsen menggelengkan kepalanya kembali. Ara pun melirik Alex yang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Lex, Arsen kenapa?" Tanya Ara seraya menggoyangkan kaki suami menyebalkannya itu.

"Alex ih!" Kesalnya seraya melepas earphone Alex dari ponselnya.

Alex berdecak sebal karena terganggu. "Apa sih, Mah? Ganggu tahu gak."

"Apasih-apasih! Ini Arsen kenapa?"

Alex langsung menyimpan ponselnya dan membawa Arsen ke dalam pangkuannya. Namun tangisan Arsen malah semakin menjadi saja dan terus memberontak minta di turunkan.

"Hey, sayang kenapa? Tadi kamu gak kenapa-napa, kok sekarang nangis?" Tanya Alex.

"Mamaah... Hiksss mau sama Mamah..." Rengeknya.

Ara pun mengambil alih Arsen, kini Arsen duduk di pangkuannya.

"Diem dong Sen, nanti kena adek bayinya..." Ujar Alex.

Story Of Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang