7. SoOL

6.4K 470 82
                                    

***

Hari sudah mulai petang, sebentar lagi matahari pun akan terbenam tapi Alex dan beberapa anak buahnya masih belum bisa menemukan keberadaan Arthur.

Alex membanting pintu mobilnya dengan keras. Ia langsung masuk ke dalam rumah yang mana terlihat Ara masih saja menangis dalam pelukan sang kakak, Shahil.

"Gimana, Lex?" Tanya Shahil ketika Alex berjalan melewatinya. Melewati ruang tamu.

Mengetahui Alex sudah pulang, Ara langsung mengangkat wajahnya dan berjalan menghampiri Alex yang sama sekali tidak menghentikan langkahnya.

"Arthur, anak kita... Dia, kamu udah ketemu kan?" Tanya Ara seraya mengusap air matanya.

Alex terus berjalan menaiki anak tangga dengan Ara yang terus mengekorinya. Ara terus menanyakan kabar dari putranya yang sudah hilang selama berjam-jam.

"Ini, ini udah jam 5 sore Lex... Arthurnya mana?" Tanya Ara yang langsung menarik lengan Alex agar berhenti dan menjawab pertanyaannya.

"Kamu udah telphone orang tua temen anak-anak di sekolah?"

Ara mengangguk dengan cepat. "Aku udah telphone semuanya." Jawab Ara dan kembali menangis, karena itu tandanya Alex belum berhasil menemukan Arthur.

"Kamu tahu kemana Arthur suka main?"

Ara menggeleng.

Alex memutar bola mata lelah, "kamu gimana sih, aku kira anak-anak selalu sama kamu tapi kamu bahkan gak tahu anak-anak kita suka main kemana..." Ujar Alex seraya berlalu menuju kamar kedua putranya.

"Alex dengerin aku... Anak-anak gak pernah main jauh dari rumah, mereka selalu sama aku..." Ara terus mengikuti kemana Alex pergi.

Sampai akhirnya Alex mulai membuka-buka buku gambar milik Arthur, buku pelajaran, tempat pensil warna dan barang lainnya yang berada di atas meja belajar Arthur.

"Papah Arthur kemana? Kok dia gak ngajakin aku pergi?" Tanya Arsen pada Alex yang sedang fokus membuka salah satu buku gambar milik Arthur.

Ara membawa Arthur ke dalam pelukannya, jangan sampai Alex memarahinya tanpa sadar karena rasa khawatirnya pada Arthur.

"Ini, ini siapa?" Tanya Alex seraya menunjukan sebuah gambar pada Ara, dan Arsen pun melihatnya.

"Itu gambar Siti, kan waktu itu Siti pake baju kuning. Kenapa, Pah? Arthur mana, Arsen bosen main sama Bi Dijah,"

Alex mengusap Arsen kecil dengan lembut, "nanti mainnya ya,"

"Kamu tahu di mana rumah anak ini?"

Ara menggeleng pelan. Alex mengusap wajahnya kasar. Ia sudah tidak tahu harus mencari kemana lagi.
Refleks, Alex melempar buku gambar itu ke atas tempat tidur dengan kasar tepat di hadapan Arsen. Dan Arsen hanya menatap bingung pada Ayah dan juga Ibunya yang menangis.

"Kamu itu tiap hari bahkan hampir tiap waktu sama anak-anak tapi gak tahu apa-apa!" Ujar Alex mendudukkan dirinya di atas tempat tidur Arthur.

Ara meminta Arsen untuk pergi ke bawah dan bermain bersama Pamannya.
Dan kini hanya Alex juga Ara yang kembali memikirkan bagaimana dan apakah Arthur baik-baik saja di luar sana. Ini pertama kalinya Arthur pergi tanpa pengawasan, bahkan tanpa pemberitahuan.

"Mulai besok, handphone kamu biar aku yang pegang. Kalo aku kerja, kamu bisa pake telphone rumah."

"Tapi--"

"Sini." Alex meminta Ara untuk memberikan ponselnya.

Menurut. Ara langsung memberikan ponselnya.

Story Of Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang