Semenjak Arthur harus menjalani pengobatan, perlahan tapi pasti semua hal mulai berubah.
Semua seakan tak terkendali, tak bisa Ara tangani, bahkan perihal anaknya sendiri.
Alex yang tetap harus bekerja, membuat Ayah dari dua anak itu tidak bisa menjaga kedua putranya dan menemani istrinya sepenuh waktu.Ara yang selalu menemani kedua putranya kini harus bisa membagi waktu. Ara yang sangat ingin mengurus putranya dengan penuh, kini dengan berat hati harus memperkerjakan seorang pengasuh. Ia tidak ingin melakukan itu, tapi keadaan yang telah memaksanya.
Ketika Alex bekerja, maka Ara yang menemani Arthur. Sedangkan Arsen, dengan penuh tanya harus mau di antarkan sekolah bersama seorang pengasuh. Walaupun Alex selalu mengantar dan menjemputnya, tapi tetap saja, akan sangat berbeda bagi Arsen ketika ia harus ditemani oleh orang asing.
Seperti saat ini, Arsen terlihat murung menatap ke arah teman-temannya yang terlihat bermain dan bersendagurau satu sama lain.
"Kamu kenapa?" Tanya Firna, pengasuhnya.
Arsen menatapnya penuh tanya, namun ia sendiri pun tidak tahu pertanyaan mana yang harus dirinya lontarkan.
"Kenapa liatnya kayak gitu? Kalo emang ada yang mau kamu ceritain, kamu cerita aja sama Bifi," Tambahnya. Panggilan yang selalu Arsen gunakan sejak dua minggu yang lalu, sejak pertemuan pertama mereka.
"Mamah sayang kan sama Arsen?"
"Tentu,"
"Kenapa Mamah sering nemenin Arthur dibanding Arsen?"
"Kan Arthur lagi di rumah sakit, kasian kalo gak di temenin."
"Kan ada Dokter," ucap Arsen.
Firna tersenyum paham. "Dokter kan bukan siapa-siapanya Arthur, Dokter cuma bantu nyembuhin Arthur."
"Bifi juga, Bifi bukan siapa-siapanya Arsen, Bifi cuma bantu Mamah buat nemenin Arsen."
Diam. Firna tidak menyangka jika Arsen bisa berpikiran sampai ke sana untuk membalikan setiap kalimatnya.
"Hampir tiap malem aku sama Arthur main-main sebelum tidur. Sekarang Arsen jadi bingung harus bilang apa saat ketemu Arthur pulang sekolah nanti." Sambung Arsen.
"Kamu bilang aja kalo kamu kangen sama Arthur, tapi Bifi yakin, Arthur akan lebih kangen sama kamu. Kenapa? Karena Arthur gak masuk sekolah, dia gak ketemu orang-orang kayak kamu. Jadi yang deket sama Arthur cuma kamu, karena kalian saudara, kalian kakak beradik dan kalian kembar..." Ucap Firna.
Arsen terdiam. Namun di detik kemudian ia mengangguk paham dan tersenyum senang. "Yeah, i miss my twin." Ucapnya.
Arsen tersenyum dan mengalihkan pandangan ke arah teman-temannya kembali. Namun beberapa saat kemudian Arsen beringsut turun dari bangku taman tersebut dan melenggang pergi menuju gerbang.
Firna hanya bisa mengikuti kemana anak asuhannya itu pergi.
"Kamu siapa?" Tanya Firna pada seorang anak perempuan yang berdiri di luar gerbang sekolah.
"Dia Siti," jawab Arsen.
"Arthurnya gak ada," tambahnya.
Siti menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia mengedarkan pandangannya ke arah belakang Arsen dan sekitar. Tapi Arsen benar, ia tidak menemukan Arthur.
"Dia kemana?" Tanya Siti seraya mendekatkan wajahnya pada sela-sela gerbang sekolah.
"Arthur sakit." Jawab Arsen.
"Dia sakit apa?"
Arthur mengangkat bahu tidak tahu.
"Kamu kan sodaranya," ucap Siti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
DiversosKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...