18.

5.1K 399 28
                                    

Tok...tok...tok...

Ceklek.

"Loh, Alex... Kalian, tumben banget sih menantu Mamah dateng ke sini, biasanya sibuk mulu..." Ujar Riana dengan sangat bersemangat menyambut menantu, anak dan kedua cucunya.

Alex mencium punggung tangan Riana dengan sopan. Kemudian ia berhambur dalam pelukan hangat seorang Ibu. Sudah lama ia tidak merasakan sebuah pelukan dari seorang Ibu.

"I miss you..." Ucap Alex.

"Mamah juga kangen kamu," ucap Riana.

Setelah itu giliran Ara memeluk Ibunya yang sudah jarang sekali bertemu dan menghabiskan waktu bersama. "Mamah kangen banget sama kamu,"

Ara mengangguk pelan dengan senyumannya. "Nenek..." Pekik Arthur senang.

"Baru juga kemarin, tapi Nenek bener-bener kangen sama kalian berdua..." Ujar Riana.

Alex tersenyum melihat kedekatan si kembar dengan Neneknya. Ia berandai-andai jika ibunya masih ada, maka itu akan semakin terlihat sempurna.

"Mah, Alex titip Ara sama anak-anak yah..."

Riana tersenyum dan mengangguk pasti. "Kamu gak perlu khawatir, mereka aman di sini."

"Kalian nginep?" Tanya Riana yang melihat sebuah tas dalam genggaman Ara.

Ara mengangguk pelan.

"Kalian baik-baik aja kan?"

Alex terdiam seraya melirik Ara yang hanya tersenyum sebagai jawaban.

"Sampe kapan nih nginepnya?" Tanya Riana yang sudah sangat yakin jika keluarga putrinya sedang tidak baik-baik saja. Jika terlalu lama berjauhan maka akan semakin sulit untuk memperbaiki dan membangun kembali.

Alex kembali melirik Ara agar ia pun mengetahui berapa lama Ara akan tinggal bersama orang tuanya.

"Senyamannya aja, hehe." Jawab Ara seraya terkekeh hambar.

Ia pun masuk bersama kedua putranya. Sedangkan Riana, ia masih berada di depan pintu bersama Alex yang tak mengalihkan pandangannya dari istri dan kedua putranya yang berjalan masuk ke dalam  rumah.

"Tenang, sabar... Mamah yakin, ini gak akan lama." Ucap Riana seraya menepuk bahu tegap menantu kesayangannya itu.

Alex hanya tersenyum sebagai tanggapan.

"Perbaiki secepatnya, okay?"

"Tentu. Bahkan Mamah tau sendiri apa aja yang udah aku usahain buat dapetin Ara, masalah kecil gak akan ada artinya buat hubungan kita." Ucap Alex tersenyum yakin.

Ia pun berpamitan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

Selama perjalanan menuju kantor, hanya ada Ara, Arsen dan Arthur yang ada dalam pikirannya. Ia pun tidak mengerti kenapa ayahnya suka sekali menahan dirinya di perusahaan. Kemarin, Alex sudah menyelesaikan pekerjaannya di jam normal. Tapi Ayahnya terus menahannya dengan berbagai macam alasan.

Alex menghentikan laju mobilnya. Kemudian ia memarkirkannya tepat di seberang sebuah komplek pemakaman di mana Ibunya di semayamkan. Ia membeli sebucket bunga terlebih dahulu, barulah ia berjalan menyusuri jalan kecil berumput untuk mencapai peristirahatan terakhir sang ibunda.

Alex tersenyum seraya mengusap nisan yang bertuliskan nama sang Ibunda. Janine.
Untuk beberapa saat Alex terdiam dengan menatap tumpukkan tanah yang ada di hadapannya.

"Mamah tau, Alex baru aja pulang dari rumah Mamah Riana." Ucapnya yang seakan-akan berbincang langsung bersama sang Ibunda.

"Semalaman Ara marah sama Alex. Dia gak ngucapin satu kata pun sejak semalam. Dan dia mau pulang ke rumah Mamah Riana, semalam Alex cape jadi Alex malah bilang mau nganterin dia, harusnya Alex bujuk. Iya kan, Mah?"

Story Of Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang