Semoga masih ada yang nunggu... Semoga suka:*
Ara bersandar pada punggung sofa dan mengelus perutnya sembari menonton televisi, menunggu Alex pulang. Sedangkan kedua putranya sedang terlelap tidur siang di kamar mereka berdua.
Tin... Tin...
Ara berdiri dari duduknya saat mendengar kode dari kepulangan suami tercintanya itu.
"Sayang..." Ucap Alex seraya mengecup bibir Ara sekilas. "Anak-anak mana? Tidur?"
Ara mengangguk sebagai jawaban. "Gimana pertemuannya?" Tanya Ara yang berjalan beriringan dengan Alex yang merangkul pinggangnya menuju kamar.
Alex melepas kancing kemejanya satu persatu. "Tumben nanyain pertemuan, ah iya... Kan pertemuannya sama Ali, pantes penasaran..."
Alex masuk ke dalam kamar terlebih dahulu, sedangkan Ara terlihat mengernyit heran di ambang pintu untuk beberapa saat.
"Gak gitu, aku cuma tanya doang Lex... Rose dateng juga, kan?" Tanya Ara kembali.
Alex berjalan masuk ke dalam kamar mandi. "Heem,"
"Ck, marah nih pasti." Gumam Ara seraya menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya. Ara melirik jam di dinding yang ternyata sudah menunjukan pukul 3 sore.
Setelah menyiapkan pakaian Alex, Ara mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur seraya memainkan ponselnya.
Ceklek.
Ara langsung menyimpan ponselnya asal dan berdiri menghampiri Alex.
"Kamu pakai ini, udaranya lagi dingin. Oh iya, nanti malam mau makan apa?" Tanya Ara.
Alex hanya diam menatap Ara dan ponsel istrinya itu bergantian. "Terserah kamu." Jawabnya.
"Marah, hem?" Tanya Ara seraya memeluk Alex yang tengah mengenakan baju dari arah belakang.
"Awas Ra, lagi pake baju nih." Ujarnya. Ara pun melepaskan pelukannya seraya terkekeh pelan.
Ia duduk di tepi tempat tidur, menatap Alex yang tidak meliriknya sama sekali. Lucu sekali, pikir Ara, hanya karena hal kecil saja ia bisa marah seperti ini. Alex tetaplah Alex, kekasih pencemburu miliknya.
"Lex..."
"Alex..."
"Sayang..." Mendengar panggilan itu Alex melirik Ara walau hanya dengan ujung matanya saja.
"Pfft... Lucu kamutuh..." Ucap Ara yang kini berjalan menghampiri Alex yang tengah merapihkan rambutnya.
Kemudian ia peluk suaminya itu dari arah belakang, "sekarang gak bisa rapet banget peluknya, kealingan perut." Ucapnya terkekeh pelan.
"Heem," sahut Alex.
"Kamu beneran kesel sama aku? Cuma gara-gara aku nanyain kerjaan kamu? Aneh banget," ucap Ara seraya melepaskan pelukannya dan kembali duduk di tepi tempat tidur.
Alex berbalik dan bersandar pada lemari. "Apaan, orang kamu nanyain pertemuannya."
"Itu kan bagian dari kerjaan kamu, sayang."
"Giliran gini aja manggil sayang, ck." Gumam Alex.
Ara memutar bola mata sebal. "Aneh tahu gak, gitu aja marah."
"Ya lagian, giliran aku meeting sama cowok si Ali-Ali itu, baru kamu nanyain." Sahut Alex.
Setelah mengatakan hal itu, Alex berlalu dari dalam kamar. Ara tak tinggal diam, ia pun mengekorinya dengan hati-hati.
"Yaang, ih! Jangan marah-marah mulu elah!" Ujar Ara.
"Siapa yang marah sih," sahut Alex yang kini duduk di sofa ruang keluarga.
Ara mendudukkan tubuhnya di samping Alex dengan perlahan, kemudian memeluk lengan kiri suami menyebalkannya itu.
"Makan malam mau masak apa?" Tanya Ara.
"Terserah yaang, aku kan udah bilang terserah kamu."
Ara mendengus kesal.
"Tuh kan, kamu marah. Istri lagi hamil itu harusnya di sayang, bukannya dijutekin kayak gini." Kesalnya seraya bergeser menjauh dari Alex.
Alex meliriknya sekilas. "Sok ngejauh,"
"Ya lagian, ngeselin." Sahut Ara.
"Kamu sering bilang, aku cemburuan, aku posesif, aku overprotective, tapi masih aja suka ngomongin cowok lain di depan aku. Dari dulu kamutuh kayak gitu," ujar Alex yang berhasil membuat Ara menatapnya tak percaya.
"Hah? Aku gak salah denger? Yang bahas cowok lain siapa? Aku nanyain gimana pertemuan kamu, aku gak nanyain Ali, bahkan aku nanyain Rose, kan? Ada aja, ya ampun." Heran Ara tak habis pikir.
Alex terkekeh hambar. "Ini pertama kalinya kamu penasaran sama meeting aku, karena Ali, udah pastilah."
"Udahlah, kamu emang mau berantem sama aku. Gitu aja dipermasalahin, gede-gedein aja terus." Sahut Ara.
"Tadi juga di kamar, aku dateng, kamu langsung tutup ponsel, biar apa coba?"
"Ya ampun, emang yah dari dulu pikiran kamu negatif mulu sama aku. Aku lagi scroll instagram doang, ngaco kamu."
"Nyenyenye..."
"Gitutuh kalau kalah debat, malu sendiri kan."
Alex pun menyalakan televisi dan mereka saling terdiam satu sama lain.
"Maaah! Mamaaah!" Seru Arsen dari atas tangga memanggil Ibunya.
"Iya sayaang, ayo sini turun! Mamah gak bisa naik, kaki Mamah bengkak." Sahut Ara seraya berdiri dari duduknya.
Alex yang mendengar itu langsung melirik kaki sang istri, dan benar saja, kaki kanan Ara terlihat sedikit bengkak.
"Kenapa, hn?" Tanya Ara. "Tidurnya nyenyak banget pasti, makanya gak rewel."
Arsen memeluk kaki Ara dan mencium perut Ibunya itu dengan gemas. "Dedek bayinya kapan keluar, Mah? Mau aku ajak berantem,"
"Eh, kok gitu haha... Jangan dong Kak, jagain adeknya, okay?"
Arsen tersenyum dan mengangguk dengan cepat. "Siap." Ucapnya.
"Mandi dulu yuk, biar pas Arthur bangun, kamu udah siap duluan. Gimana?"
"Iya," jawab Arsen. "Nanti aku--Papah? Papaaah! Papah udah pulang," serunya seraya berhambur memeluk Alex yang berjalan menghampirinya.
Alex langsung memangku Arsen dan menciumnya dengan gemas. "Arthur belum bangun?"
"Belum, Arthur suka tidur hahaha..." Jawab Arsen.
"Arsen, sini sama Mamah dulu, mandi dulu yah, ayo..." Ucap Ara.
Alex menggelengkan kepalanya heran. "Kaki udah bengkak, padahal ada suami, kenapa gak minta tolong coba, ck." Pikirnya.
"Biar aku yang mandiin," ujar Alex.
"Gak usah, biar aku aja." Tolak Ara.
"Bantah teruuus, udah sana rebahan, check out shopee, bales-balesin chat atau apa kek kesukaan kamu." Ujar Alex yang kemudian membawa Arsen untuk mandi.
"Masih aja nyerempet ke sana."
Arsen melambaikan tangannya pada Ara. "Dadaah Mamah, aku mau mandi dulu sama bebek kuning!" Serunya.
Ara pun kembali ke arah ruang keluarga.
Bersambung...
Jangan lupa baca AlMeyra (Possessive Boyfriend) di www.ditajuwita.xyz
Vomment gaes... Mampir ke work Didit yang lainnya juga yaaah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...