Selepas Arsen pergi untuk memberi tahu Arthur bahwa mereka akan memiliki seorang adik, Ara, Alex, Rose dan pria yang sudah seperti Ayah mereka kembali berbincang dengan diselingi candaan hangat.
"Kalian--"
"Mamaaaah!" Teriak Arsen yang seketika membuat Ara berlari keluar kamar, kemudian di susul oleh Alex, Ayah serta Rose.
Ara langsung berlutut seraya memegang kedua bahu Arsen yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya dan Arthur.
"Kamu kenapa?"
Arsen merengut kesal. "Aku gak mau tidur sama Arthur! Dia jahat!"
"Loh, emangnya Arthur kenapa?" Tanya Alex.
"Dia nyuruh aku pergi dari dalem, Pah... Hiksss... Arthur gak mau sekamar lagi," ucapnya yang seketika menangis dan memeluk Ara dengan erat.
Rose mengambil sesuatu yang tergeletak di atas lantai tepat di belakang Arsen.
"Lex, ini..." Rose memberikan selembaran itu.
Alex terdiam sesaat setelah membaca selembaran tersebut.
"Itu apa?" Tanya Ara.
Arsen mengusap air matanya dengan kasar karena kesal pada kembarannya. "Itu tulisan Arthur," ucapnya.
Alex meremas selembaran tersebut dan meminta Ara untuk minggir dari depan pintu. Alex pun mengetuk pintu putra kecilnya dengan pelan.
"Arthur? Sayang, buka pintunya..." Ucapnya.
Ara mengambil selembaran yang sudah Alex remas dan ikut membacanya. Seketika matanya berkaca-kaca.
Dear everyone:)
Arthur sayang kalian, jadi... Kalau kalian mau masuk, please wear masker or anything else.
Arthur sakit, Arthur suka batuk-batuk. Arthur rasa itu akan menular:)
Mamah, jangan terlalu sering meluk Arthur yah... Papah juga.
And, Arsen... I just wanna tell you if i really love you brother, keep healthy dan bernafas dengan baik yah. Jujur saja, saat memakai selang, itu menggangguku dan aku gak mau kalau Arsen merasakannya.Arthur:)
Ara mengusap air matanya yang mengalir begitu saja. Begitupun dengan Arsen yang kini berada dalam gendongan sang Kakek.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Arthur?"
Ceklek.
Arthur membuka pintunya dan tersenyum pada semuanya.
"Are you okay?" Tanya Alex seraya memangku putra kecilnya itu.
Arthur mengangguk sebagai jawaban.
Ara memegang kaki Arthur yang tengah Alex gendong. "Lemes?"
"Yes, Mom..." Jawabnya dengan kepala yang ia simpan pada bahu Papahnya.
Alex mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur Arthur, yang kemudian di susul masuk oleh yang lainnya.
"Kamu yang bikin tulisan ini?" Tanya Ara seraya memperlihatkan selembaran yang berada di tangannya.
Arthur mengangguk seraya menyandarkan tubuhnya pada dada bidang sang Ayah yang tengah mengusap-usap kepalanya.
"Mah... Althul mau tidul sendili,"
"Tuh Kan! Arthur gitu, Mah. Emangnya kenapa sih? Kamu kok jadi gitu? Hikss... Aku kan sodara kamu..." Ujar Arsen.
Arthur menunduk sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...